Sabtu, 14 Desember 2013

Syariah dan Islam Kok Dibawa-bawa ke Bisnis???




Syariah dan Islam Kok Dibawa-bawa ke Bisnis???

Orang non muslim phobia dengan Islam dan simbol-simbol serta label-label berbau Islam mungkin bisa dimaklumi karena ketidaktahuannya dan mengenal Islam hanya dari media dan para pembenci Islam, tapi kalau muslim sendiri yang ikut phobia maka ini sudah tak dapat ditoleransi atau mungkin sudah tak dapat dinalar lagi, musy ma’ul kalau kata orang Mesir. Berdasarkan pengalaman saya, tak sedikit muslim yang phobia dengan agamanya sendiri, agama Islam, dengan apa-apa yang berbau Islam, yang bersimbol Islam dan berlabel syariah serta yang termasuk dalam lingkup pembahasan syariah. Bahkan sangking phobianya mereka sampai mengatakan orang-orang, lembaga atau organisasi-organisasi yang semangat bersyariah dan berislam itu hanya memperjual-belikan agama demi kepentingan atau keuntungan pribadi dan kelompok serta telah mengelabui umat dengan mengatasnamakan agama, walaupun ada oknum-oknum yang melakukan hal tersebut. 


Minggu, 01 Desember 2013

Hukum Bertawassul dengan Para Nabi, Orang Shaleh, Syuhada dan Ulama yang Telah Wafat


Walaupun bisa dikatakan saya hampir tidak pernah bertawassul dikuburan para Nabi, syuhada, orang shaleh, wali dan ulama, tapi saya merasa perlu menyampaikan status hukum tawassul dengan perantara orang-orang shaleh, para nabi, syuhada, wali dan ulama yang telah wafat, yang sering kali diperdebatkanorang-orang dari zaman batu sampai zaman nuklir sekarang ini. Untuk berdo’apada Allah dengan tawassul pada orang-orang shaleh ketika hidup mungkin sudahtidak ada yang memperdebatkan, karena dalilnya dan atsarnya sudah tak terhitung,begitu juga qaul-qaul ulama terkait masalah tersebut cukup jelas.[1] Dan saya hanya akan membahas khusus tawassul dengan orang-orang shaleh yang telah wafat secara ringkas tapi jelas, tidak perlu harus memakai ratusan dalil al-Qur’an dan hadits. Tapi cukup dengan kalam Allah SWT :

Jumat, 01 November 2013

Menggugat Bank Syariah?

 

Sahabat pengusaha dan para sarjana muslim, jika anda menggugat bank syariah agar mencopot label syariah atau ditutup bank syariah karena ulah oknum, pegawai, atau karena keinginan nasabah yang tidak sesuai ketentuan syariah, maka sama saja anda sedang menggugat seorang muslim agar mencopot status Islam di KTPnya karena seseorang tersebut berbuat dosa, berzina, korupsi, dll. Apakah seperti itu cara yang diajarkan Islam dalam menyelesaikan masalah dan berdakwah???

Senin, 28 Oktober 2013

Untung Dunia dan Akhirat dengan Ekonomi Syariah





Untung Dunia dan Akhirat dengan Ekonomi Syariah
Oleh: Muhammad Rakhmat Alam[1]

Pendahuluan
Ekonomi Islam atau ekonomi syariah telah menjadi terma yang popular di dunia dewasa ini, baik di kalangan ekonom, akedemisi, industri keuangan dan perbankan dunia hingga masyarakat umum. Kepopuleran ekonomi syariah di dunia tidaklah muncul tanpa sebab begitu saja, ada latar belakang yang mendasarinya. Faktor utama kemunculan ekonomi syariah dipicu oleh kegagalan sistem ekonomi dunia saat ini (kapitalis dan sosialis) yang tak mampu menangkal dan menyelesaikan krisis ekonomi global, bahkan tak sedikit para ekonom berpendapat sistem ekonomi kapitalis dan sosialis inilah yang menjadi sumber krisis. Guncangan krisis ekonomi global tak hanya menimpa negara-negara dengan perekonomian lemah -seperti Indonesia ketika krisis tahun 1998- tapi juga mendera negara-negara dengan tingkat perekonomian yang kuat semisal Amerika Serikat. Krisis global telah memukul negara super power itu sejak 2008 silam hingga puncaknya adalah ketika Lehman Brother’s Group -salah satu korporat terbesar di Amerika dan dunia- dinyatakan bankrupt [2],dan beberapa waktu lalu (pertengahan oktober 2013) dengan adanya kebijakan shutdownpemerintahan Amerika guna mencari solusi dari default atas utang negara yang telah mencapai stadium empat.

Rabu, 16 Oktober 2013

Hukum Makan dan Minum Sebelum Shalat Ied Adha


Di antara SUNAH pada hari iedul adha adalah tidak makan dan minum sebelum sholat ied, berbeda dengan ketika hari raya Ied Fitri, disunahkan untuk makan dan minum sebelum shalar ied fitri.

Dengan begitu, jika makan dan minum sebelum sholat ied adha, maka hukumnya boleh, tidak diharamkan dan tidak pula berdosa.

(Lihat kitab majmu' syarh al-muhazzab, bab shalatul iedain).

Senin, 14 Oktober 2013

Bay' Al-Wafa' (Jual beli Wafa')


Bay' al-Wafa' adalah jual beli dengan hak membeli kembali, atau jual-beli yang dilangsungkan dengan syarat bahwa barang yang dijual tersebut dapat dibeli kembali oleh penjual apabila tenggang waktu yang disepakati telah jatuh.

Ketentuan baiy' al  wafa

Dalam jual-beli yang bergantung pada hak penebusan, penjual dapat mengembalikan uang seharga barang yang dijual dan menuntut barangnya dikembalikan.

Pembeli berkewajiban mengembalikan barang dan menuntut uangnya kembali seharga barang itu.
Barang dalam jual-beli yang bergantung pada hak penebusan, tidak boleh dijual kepada pihak lain, baik oleh penjual maupun oleh pembeli, kecuali ada kesepakatan di antara para pihak.
Kerusakan  barang dalam jual-beli dengan hak penebusan adalah tanggung jawab pihak yang menguasainya.
Penjual dalam jual-beli dengan hak penebusan berhak untuk membeli kembali atau tidak terhadap barang yang telah rusak. Hak membeli kembali dalam bai’ wafa dapat diwariskan.


Bay’ Al-Wafa’

1.      Pengertian bay’ al-wafa’
Menurut Sayyid Sabiq dalam fiqh sunahnya menyatakan bahwa bay’ al-wafa’ adalah orang yang butuh, menjual suatu barang dengan janji. Janji tersebut menyatakan bila pembayaran telah dipenuhi (dibayar kembali), barang dikembalikan lagi.


Sedang menurut Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy dalam pengantar fiqh Muamalahnya menyatakan bahwa bay’ al-wafa’ adalah akad jual beli dimana salah satu pihak/penjual mempunyai hak menarik/membeli kembali pada barang yang telah dijualnya kepada pembeli.

Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa bay’ al-wafa’ ini mempunyai batas tenggang waktu yang terbatas misalnya satu tahun, dua tahun dan sebagainya tergantung kesepakatan. Apabila tenggang waktu tersebut telah habis, maka penjual membeli barang itu kembali dari pembelinya.

2.      Rukun dan syarat Bay’ Al-Wafa’
Ulama’ Hanafiyah mengemukakan bahwa rukun dalam bay’ al-wafa’ adalah sama dengan rukun jual beli, yaitu ada dua orang yang berakad atau lebih, ada barang dan ada ijab qabul. Demikian juga syarat bay’ al-wafa’ menurut mereka sama dengan syarat jual beli pada umumnya.

3.      Hukum akad Bay’ Al-Wafa’.
Bentuk jual beli ini telah berlangsung beberapa lama dan bay’ al-wafa’ telah menjadi ‘urf (adat kebiasaan) masyarakat Bukhara dan Baikh, baru kemudian ulama’ fiqh, dalam hal ini sebagian ulama Hanafiah, melegalisasi jenis jual beli ini. Imam Najamuddin an-Nasafi seorang tokoh terkemuka mazhab Hanafi di Bukhara mengatakan “Para Syaikh kami (Hanafi) membolehkan bay’ al-wafa’ sebagai jalan keluar dari riba (khuruj min ar-riba)
.
Dalam bay’ al-wafa’, menurut DR. Az-Zarqa apabila terjadi persengketaan maka penyelasaiannya dilakukan melalui pengadilan, dengan demikian transaksi yang berlaku dalam bay’ al-wafa’ cukup jelas dan terinci serta mendapatkan jaminan yang kuat dari lembaga hukum.

Minggu, 06 Oktober 2013

KARENA ILMU ADALAH CAHAYA


"Faith is both a rational position and an outflowing of emotion - each essential to the other / الإيمان موقف عقلي و عاطفة فياضة لا غنى لأحدهما عن الآخر"  "Syekh Al-'Allamah Bin Bayyah.

Berhati-hatilah dengan pengajian-pengajian keagamaan, training-training yang hanya memainkan emosional, jiwa alam bahwa sadar, perasaan dan semangat mengebu-gebu dan keluguan kita. Berhatilah-hatilah dengan cerita-cerita keagamaan yang menyihir emosional kita. Tetap fungsikan akal dan pikiran anda disamping menggunakan jiwa emosional kita.

Banyak pengajian-pengajian keagamaan atau training-training yang dihadiri banyak orang, mulai dari pejabat, orang kantoran, ibu-ibu, pemuda-pemudi dan sampai anak kecil, bahkan sampai mengeluarkan uang jutaan dan puluhan juta rupiah. Para hadirin yang hadir ketika pengajian itu sampai ada yang menangis, seakan bertobat nasuha, ada juga yang sampai mau menyedekahkan seluruh uangnya yang dibawa, ada juga yang sekedar ketawa-ketawa. Tapi ketika pulang dari pengajian tersebut, para pejabat tersebut masih tetap korupsi, main perempuan dan bohongi rakyat, para ibu-ibu masih banyak yang ngegosipin aib orang lain dan bermegah-megahan, pemuda-pemudi masih banyak pacaran sampai zina dan kenakalan remaja lainnya. Yang udah sedekah semua hartanya ketika pengajian pulang-pulang nyesel karena istri sama anak di rumah belum makan, besok anaknya mau bayaran sekolah, biaya listrik rumah belum bayar dll.

Banyak pengajian yang menyuruh memotivasi sholat jama'ah, perbanyak sholat sunnah, puasa sunah, zakat, sedekah, tilawah qur'an, menyuruh membela Islam menyuruh jihad tapi tidak memberikan ilmu yang memadai tentang itu semua kepada para jama'ahnya,  tidak dilandasi ilmu yang mendasar dan pemahaman yang benar, tidak mengerti fikih sholat, fikih zakat, fikih puasa, fikih muamalah, tak mengerti cara baca qur'an yang benar, tak tahu fikih jihad yang benar, tak tahu tentang ajaran agama Islam yang benar karena tak diberi ilmu yang benar. Bisanya cuma semangat yang gak jelas tanpa dilandasi ilmu yang kokoh. Maka tak heran, banyak muslim yang gampang dipermainkan dan diadu-domba, didoktrin oleh oknum-oknum tertentu demi kepentingan kelompok oknum tersebut. Tak heran juga, kadang kita menemukan pemahaman dan praktek-praktek ibadah dan keagamaan yang menyimpang oleh masyarakat muslim Indonesia. Kita menemukan syi’ar-syi’ar keagamaan tapi hakikatnya jauh dari nilai-nilai agama itu sendiri.

Jadilah muslim yang cerdas, ikutilah pengajian para ulama dan majlis ilmu, fungsikan akal di samping emosional anda. Dalilnya, banyak ayat Qur’an yang mengatakan "apa kamu tidak berakal?, tidak memahami?, tidak berfikir?  dll". Karena itu, sejak zaman Rasulullah, sahabat dan para tabi'in pengajian agama Islam itu punya buku2 pegangan yang jelas, pengajian fikih memiliki kitab-kitabnya yang terpercaya, pengajian akhlak, akidah ada buku pegangan terpercayanya, belajar hadits dan tafsir qur'an ada kitab-kitab terpercayanya yang dipakai para ulama dari dahulu hingga sekarang.

Pengajian Islam bukan sekedar menarik emosional jama’ah yang menyuruh rajin ibadah, memperbanyak sedekah, sholat sunah, puasa sunah, dll. Pengajian Islam yang benar adalah memberikan ILMU KARENA ILMU ADALAH NUR/CAHAYA, ILMU adalah pondasi IBADAH. Kalau pengajian dalam Islam itu hanya sekedar motivasi-motivasi emosional, untuk apa para imam-imam mazhab, para ulama salaf mengarang kitab-kitab ushul fikih yang rumit dan mengajarkannya, mengarang kitab fikih dan mengajarkannya, mengumpulkan hadits dan mengajarkannya, menafsirkan al-Qur'an dengan ilmu-ilmu alat serta mengajarkannya, menulis buku tentang akidah dan akhlak dan mengajarkannya???

Kalau hanya dengan rajin sholat sunah, puasa sunah, banyak sedekah, banyak tilawah dan ibadah-ibadah lainnya menjadikan kita paling mulia dan tinggi derajatnya, untuk apa Rasulullah SAW mengatakan dalam haditsnya "Keutamaan orang berilmu /'alim atas orang yang banyak ibadah/'abid seperti keutamaanku atas orang yang paling rendah di antara kalian"???

Kalau orang yang paling banyak ibadahnya itu yang paling takut dan bertakwa pada Allah untuk apa ada ayat Qur'an "sesungguhnya yang takut pada Allah di antara hamba-hamba-Nya adalah ULAMA/orang yang berilmu"?? mengapa bukan "'UBADA/para ahli ibadah" saja??? Karena nilai ibadah seseorang bukan dilihat kuantitasnya, tapi dari kualitasnya, karena berbeda ibadahnya seseorang dengan ilmu dengan ibadahnya orang yang tidak berilmu. Dan Allah SWT sudah menegaskan dalam ayat suci Al-Qur’an “"Katakanlah, adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui" (QS. az-Zumar : 9).

Pintar-pintarlah memilih guru pengajian, dari mana dia belajar, kepada siapa belajar dan menimba ilmu, buku apa dan buku karangan siapa yang dia baca,  bagaimana dia menimba ilmu, jangan cuma liat pakainnya, banyak ibadahnya, senyumnya yg manis, kata-katanya yang menggugah, walau itu semua tetap penting.

Hadirilah pengajian yang memberi anda kail dan pancingan untuk mencari ikan, bukan pengajian yang cuma ngasih makan anda ikan. "Jika anda mememberi ikan, anda hanya bisa membuat orang lain kenyang sehari, tapi jika anda memberi orang lain kail/alat pemancing dan mengajarkan penggunaanya maka anda telah memberi makan orang lain sepanjang hidupnya".

Jumat, 02 Agustus 2013

Bolehkah Membayar Zakat Fitrah dengan Uang (nuqud)?



Dibolehkan membayar zakat fitrah dengan uang. Ini merupakan pendapat sekelompok ulama, begitu juga merupakan pendapat sekelompok para tabi’in di antaranya: Hasan al Bashri, diriwayatkan bahwa ia berkata: “tidak apa memberikan uang dirham untuk zakat fitrah”[1], kemudian Abu Ishaq as-Sabi’I, diriwayatkan dari Zuhair ia berkata: Aku mendengar Abu Ishaq berkata: “Aku mendapati mereka memberikan dirham untuk zakat fitrah sesuai nilai pembayaran zakat dengan makanan”[2], selanjutnya dari Umar bin Abdul Aziz ra, dari Waqi’ dari Qurrah ia berkata: “telah datang kepada kami para petugas Umar bin Abdul Aziz meminta zakat fitrah: “setengah Sha’ per orangnya atau dengan nilai setengah Sha’ yaitu setengah dirham” [3] dan ini adalah pendapatnya Ats-Tsauri, Abu Hanifah dan Abu Yusuf.

Senin, 22 Juli 2013

Dakwah di dalam Al-Qur'an





Permasalahannya bukan pada niat kita yang tulus, kebaikan yang kita bawa dan ingin kita wujudkan, permasalahan kita adalah tidak bisa dan sabar mengikuti alur permainan, tata cara, UU, posedur atau S.O.P (standar operating procedure) yang telah menjadi sunatullah, ketentuan dan telah ditetapkan pada suatu tempat.

Pahami lagi kenapa Al-Qur'an menggunakan kata da'a-yad'u untuk al-khair, dan menggunakan kata amara-ya'muru untuk al-ma'ruf.

Al-khair sering ditafsirkan ulama sebagai suatu kebaikan secara umum atau agama Islam. Karena itu perintah Allah untuk suatu kebaikan dan Islam adalah da'a yg berarti mengajak/menyeru bukan kata amara yg artinya menyuruh dan memerintah yang bersifat memaksa. Dan ini sejalan dengan ayat lain bahwa kita hanya diperintahkan untuk mengajak orang pada Islam dan kebaikan secara umum, hidayah bukan ada di tangan kita, tidak ada paksaan pada agama, maka tidak pantas kita melakukan pemaksaan dgn kekerasan dengan mengatasnamakan agama.

Sedangkan al-ma'ruf itu adalah suatu yang sudah menjadi 'urf atau kebiasaan atau adat dan diakui oleh setiap orang atau orang banyak, bisa berarti suatu ketentuan atau hukum yg sudah ditetapkan secara bersama, karena itu diperbolehkan memerintah, menyuruh dan memaksa orang lain untuk suatu yg ma'ruf ini, dibolehkan memperkarakan dan mengadili orang lain yg telah melakukan kriminal korupsi ke pengadilan, seorang suami boleh menyuruh istrinya untuk melakukan pekerjaannya, seorang istri juga boleh memaksa suami memberikan nafkah padanya.

Dari sini, kadang suatu yang khair/baik bisa jadi bukanlah suatu yang ma'ruf pada suatu tempat tertentu dan bahkan dianggap suatu yg tidak baik. Di sebgaian besar negara eropa atau amerika poligami dianggap sebuah kriminal, padahal poligami di arab dan dalam Islam dibolehkan dgn beberapa ketentuan dan merupakan suatu yg baik. Dan suatu yang tidak baik pada suatu tempat seperti minum alkohol kadang adalah suatu yang ma'ruf di tempat lain. Di Iran dibolehkan nikah mut'ah yang diharamkan pada negara Arab dan negara lainnya.

Dengan mengamalkan ayat "yad'una ilal khair wa ya'muruna bil ma'ruf", maka jangan coba2 poligami di Eropa dan Amerika, kalau tidak ingin dijebloskan ke penjara. Jangan coba2 untuk menghancurkan toko penjual alkohol/minuman keras di daerah yg membolehkan dan menganggap minuman alkohol suatu hal yg biasa, kecuali anda siap diadili oleh aparatur setempat atau dihakimi warga setempat. Jangan coba-coba menghukumi pelaku nikah mut'ah sebagai pezina di tempat yg membolehkan nikah mut'ah karena justru anda yg akan dituntut karna telah menuduh dan mencemarkan nama baik orang.

Coba kita lihat dan pahami sirah Nabi SAW, sebelum turun perintah halal dan haram, sebelum melarang dan memerintahkan ini dan itu, apa yang dilakukan Nabi besar kita? Mengajak dan menyeru kepada kebaikan, ketika sudah banyak yang melakukan kebaikan itu dan menjadi suatu yg ma'ruf barulah menjadi suatu peraturan hukum, kewajiban dan undang-undang, dan lihatlah apa yang terjadi! tidak ada yang menolak kecuali secuil orang yg tak berarti apalagi yg menentang perintah Rasulullah SAW, hampir semua  umat Islam legowo.

Metode Berdakwah, Hikmah dan Pelajaran di Balik Piagam Madinah




Berdakwah tak akan pernah terlepas dari sebuah realita, agar dakwah dapat diterima dan tepat sasaran, penuh hikmah dan kebijaksanaan maka pendakwah harus memahami realita dgn baik & benar. Memahami realita kuncinya adalah dengan mengetahui situasi kondisi. Pertama, harus sadar diri akan kondisi pribadi, tau kekuatan pribadi, tau waktu yg tepat utk berdakwah. 
Kedua, harus paham dgn kondisi/keadaan orang yg didakwahi, kekuatannya, tabiatnya dan tau waktu yg pas untuk menyampaikan dakwah.

Rasulullah saw ketika masa-masa awal dakwah, pernah mengalami tekanan yg dahsyat dari para kaum kafir n musyrikin hingga malaikat menawarkan untuk mengazab kaum tersebut, tapi apa jawab Rasulullah? Jangan, mereka melakukan itu karena kejahilan mereka. 
Rasulullah sadar n paham akan keadaan n realita pd masa itu, mendakwahi kaum jahiliyah n musyrikin yg sudah puluhan tahun berada dalam kejahiliyahan n kemusyrikan itu tidak bisa sehari-dua hari atau bahkan setahun-dua tahun, tapi bisa memakan waktu 10-20 tahun. 
Kita bisa baca dalam sejarah, pada periode awal dakwah d mekkah, Rasulullah melakukan manuver dakwahnya dgn cara lemah lembut n penuh kesabaran. Bahkan ketika periode madinah tetap dgn cara yg penuh kebijaksanaan n kematangan Rasulullah melakukan manuver dakwahnya dgn cara merangkul berbagai suku n aliran kepercayaan (yahudi, nasrani, majusi, musyrikin), Rasulullah juga membuat sebuah perjanjian piagam madinah. Apa hikmah dibalik piagam madinah ini? Tentu saja, karena Rasulullah menyadari tidak semua orang akan rela, ikhlas, legowo menerima dakwah Islam, lagi pula masalah hidayah n ketaatan itu merupakan urusan Allah n pribadi seseorang. Kalau pun Rasulullah memaksakan, itu hanya akan menjadi peperangan yg tak ada habisnya yg justru akan merugikan kaum muslimin. Maka dibentuklah piagam madinah, untuk merangkul semua golongan yg ada, apa maunya masing2 dari golongan tersebut, bahkan walaupun ada butir perjanjian yg sedikit merugikan pihak kaum muslimin, Rasulullah tetap menerimanya, karena realita yg mengharuskan Rasulullah mengambil kebijakan tsb, karena jika Rasulullah tidak membuat perjanjian piagam madinah, maka kaum muslimin yg kekuatannya masih kecil, akan mendapat tekanan n serangan dahsyat tidak hanya dari dalam madinah, tapi juga dari luar madinah. 
Lihat n saksikanlah, Rasulullah kekasih Allah yang sudah pasti kebenaran risalah dakwahnya, yg sudah dijanjikan akan dijaga oleh Allah saja tetap berdakwah dengan cara realistis, penuh perhitungan yg matang tidak membabi buta, tetap menghormati keyakinan orang lain, tetapnmemberikan apa yg diinginkan kelompok lain.
Maka siapa kita, walaupun yg kita dakwahkan itu benar n baik, tapi berdakwah dgn cara instan, membabi buta, menganggap hanya kelompok kita yg paling benar, Menuduh semua orang selain kelompok kita munafiq, muslim ambigu dan sebagainya? Siapa kita? Apakah kita malaikat dan Nabi?? 
Kenapa baru dikasih kekuasaan, langsung melengserkan, mengusir, memberantas semua orang-orang lama yang menjadi oposisi?? Langsung menganggap orang lama adalah antek mubarak atau antek amerika dan yahudi semua, semua musuh yg harus diberantas n dilengserkan. Langsung memasang orang2 dari kelompok pribadi menjalankan pemerintahan?? Apalagi yg diberantas adalah orang2 militer yg hampir seabad merasakan kekuasaan, yg sejak lama mencengkram negara Mesir. Mereka tentu tidak akan tinggal diam, jika kekuasaan n kekuatannya diganggu, dicopot dalam waktu cepat. Di tambah lagi ada dalang/pihak2 lain yg lebih besar kekuatannya dibalik militer mesir.
Siapa kita baru setahun langsung ingin mengubah peradaban dunia?? Langsung ingin menjadi pemimpin peradaban dunia??
Inilah akibatnya, jika bermain instan n kasar, kita juga akan dikasari. Berani menurunkan orang lain, maka harus siap jika diturunkan orang lain. "Kama tadiin, tudaan"

Yang perlu digaris-bawahi dalam peristiwa kudeta presiden di Mesir adalah, kita hidup tidak seorang diri, di dunia ini tidak hanya terdiri satu golongan, bukan cuma golongan kita yg hidup di dunia ini, banyak berbagai golongan dgn tabiat, sifat, tujuan n keinginan yg berbeda-beda, tidak semua orang bisa diajak pada kebaikan n keimanan, tidak semua orang sefikrah dgn kita, terlebih dalam mengurus negara, banyak kelompok, suku, agama, n pola pikir yg berbeda, maka tugas pemimpin adalah merangkul, apa yg diinginkan masing2 kelompok, kalau perlu buat perjanjian, sekalipun ada butir yg tidak disukai n sedikit merugikan kelompok anda. Karena itulah yang telah dicontohkan oleh Nabi junjungan kita Muhammad saw. Bahwa Islam adalah agama rahmatan lil 'alamin, bahwa Islam bukanlah agama yang suka memaksa, bahwa Islam bukanlah agama yang sangat nafsu kekuasaan, Islam adalah agama yg penuh toleransi. Wallahu a'lam.

Selasa, 09 Juli 2013

Sukses Sejak Dini


Ingin sukses besar maka mulailah sejak kecil, dari hal yang terkecil dan yang paling bawah.

Di Amerika, Eropa dan Asia Timur (mayoritasnya) pendidikan sejak kecil adalah hal yang sangat penting. Mencari, mengetahui, menggali keinginan, cita-cita dan bakat anak kecil sejak masa kanak-kanak sudah sangat membudaya. Tak heran, ketika besar nanti mereka adalah orang-orang yang menjadi ahli dan pakar di bidangnya. Ketika beranjak dewasa mereka tidak linglung dan bingung harus menjadi apa atau menuruti trend di sekitarnya karena mereka sudah memiliki arah dan langkah yang jelas, tidak ada kegalauan besar mengenai masa depan karena mereka sudah mempersiapkan sejak dini dan punya bekal yang matang. Tentu semua itu didukung, dibantu dan dibimbing oleh orang tua atau guru mereka serta sistem pendidikan dalam sebuah negara.

Hal ini sangat bermanfaat ketika mereka besar nanti, mereka bekerja tidak semata-mata karena uang, tapi karena cita-cita dan pilihan sendiri. Mereka tidak akan tergiur dengan uang dan harta, justru uang dan jabatan yang akan mendekatinya. Karena itu, di China, Jepang, Eropa dan Amerika jarang tersiar berita pejabat yang korupsi. Mereka justru malu dan bahkan mengundurkan diri jika sudah tak bisa dan layak lagi memimpin.

Begitu juga di Mesir, ulama-ulama besar Azhar mereka sudah dididik dgn pendidikan agama sejak kecil, mengecap pendidikan agama, menghafal Qur'an sejak umur 6-7 tahun, menguasai berbagai piranti untuk memahami agama Islam dengan baik dan benar. Tak heran mereka menjadi ulama-ulama besar dan karya-karyanya menjadi rujukan umat muslim di seluruh dunia.

Semua itu sebenarnya adalah pendidikan yang telah diajarkan oleh Islam. Rasulullah SAW dibimbing langsung oleh Allah SWT sejak kecil dengan menjadi penggembala, menjadi pebisnis di usia remaja, dan menjadi pemimpin di usia dewasa.
Islam mengajarkan kita umat Islam agar mempersiapkan diri agar menjadi pemimpin dunia di masa datang, orang yang siap menghadapi tantangan di masa depan, agar tidak galau apalagi sampai gila menghadapi tuntutan hidup yang semakin keras. Dan yang paling penting persiapan bekal di akhirat. Allah berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah (dengan mengerjakan suruhanNya dan meninggalkan laranganNya) dan hendaklah tiap-tiap diri melihat dan memerhatikan apa yang ia telah persiapkan (dari amal- amalnya) untuk hari esok (hari akhirat)" {al-hasyr:18}

Pendidikan semacam ini sangat kurang dibudayakan oleh masyarakat muslim, khususnya di Indonesia. Saya atau mungkin anda yang membaca tulisan ini termasuk orang yang tidak mempraktikkan budaya pendidikan tersebut karena disebabkan berbagai hal dan faktor. Cita-cita kita selalu berubah mengikuti trend atau mengikuti arah di mana pekerjaan yang bisa menghasilkan uang besar. Kalaupun sukses nantinya, kita tidak akan sesukses orang yang memang sedari kecil atau lebih dulu sudah memiliki cita-citanya, berusaha dan fokus meraih cita-citanya.

Kalau saya perhatikan, sebagian besar mental dan orientasi pendidikan di negeri ini memang untuk mendapat uang, atau ingin cepat dapat uang, bukan karena keinginan luhur cita-citanya. Tentu itu tak bisa mutlak disalahkan, bisa jadi karena faktor ekonomi, kondisi sistem pendidikan Indonesia, kondisi lapangan kerja yang sulit, sifat malas atau cara pandang masyarakat Indonesia yang masih materialis. Budaya pendidikan seperti inilah yang nantinya melahirkan budaya korupsi para pejabat. Ingin merubah budaya korupsi, maka rubah dulu budaya pendidikan dan cara pandang/hidup masyarakat di Indonesia.

Terakhir, untuk para guru dan orang tua atau calon guru dan orang tua, bimbinglah anak-anak anda, cari tahu bakat dan keinginan atau cita2 anak2 anda. Gali, kembangkan serta motivasi dan bentuk karakter mereka ke arah yang baik. Jangan dijejali dengan orientasi uang, karena uang dan jabatan akan menempel dengan sendirinya jika anak-anak didik itu berhasil mencapai cita-citanya. Semoga kelak anak-anak Indonesia ketika dewasa menjadi orang-orang sukses dan berkarakter baik, dapat memajukan bangsa. Wallahu a'lam.

Senin, 03 Juni 2013

Jangan Remehkan Dzikir dengan Lisan


Ada orang yang berkata, entah karena kedunguan dan kebloonannya atau entah karena saking super cerdasnya, tidak perlu dzikir-dzikir apalagi sampe bawa tasbih, atau komat-kamit menyebut nama Allah dan Asma wa sifatNya, dzikir yang benar dan baik itu cukup ta'at dan tidak maksiat, itulah makna dzikir sebenarnya, inti dzikir itu cukup taat bukan komat-kamit. Orang itu juga berkata, dzikir lancar tapi maksiat juga jalan, ngapain dzikir!

Sungguh, itu sebuah kekacauan berfikir/idhtirab 'aqli yg hanya muncul dari orang2 dungu, yang tak memahami ilmu bahasa, tafsir, fikih dengan benar.

Mengapa?
1. Tidak tahukah orang itu betapa banyak jumlah ayat yang menganjurkan untuk berdzikir? ada sekitar 268 kali dalam berbagai bentuk(fi'il atau isim).

2. Kata Dzikir yang ada pada Al-qur'an memiliki banyak makna. Ada yang bermakna "dzikrul lisan" seperti takbir, tahmid, tahlil dll dan makna inilah yang paling banyak datang dalam Al-qur'an (lihat s.an-nisa:103,al-ahzab:41) ditambah penjelasan dari hadits nabi saw nanti. Ada yang bermakna "ibroh" sebagai pelajaran (liat s.adz-dzariyat:55). Ada yang bermakana "tadzakkur" berarti teringat (liat s.ali imran:135). Ada yg bermakna "at-tha'ah" atau keta'aan (liat s. al-baqarah: 152). Ada yang bermakna "Alqur'an" (liat s. al-an'am:50). Ada yang bermakna "al-hifdzu" artinya menjaga (liat s. al-baqarah:63). Ada yg bermakna "sholat" (liat s. al-jumu'ah:9). dan makna lainnya.

Dari sini jelas, dzikir tidak hanya bermakna taat seperti orang dungu itu sangka, justru kata dzikir dalam al qur'an lebih banyak bermakna dzikir lisan.

3. Banyak hadits-hadits yang menjelaskan secara spesifik dzikir dengan lisan, di antaranya:( ﻻ ﻳَﺰﺍﻝُ ﻟِﺴَﺎﻧُﻚَ ﺭَﻃﺒﺎً ﻣِﻦْ ﺫِﻛْﺮِﺍﻟﻠﻪ )
(senantiasakan lidahmu itu basah dengan menyebutkan Allah)
(" ﻛَﻠِﻤَﺘَﺎﻥِ ﺧَﻔِﻴﻔَﺘَﺎﻥِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠِّﺴَﺎﻥِ ﺛَﻘِﻴﻠَﺘَﺎﻥِ
ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤِﻴﺰَﺍﻥِ ﺣَﺒِﻴﺒَﺘَﺎﻥِ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ : ﺳُﺒْﺤَﺎﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ،
ﻭﺑِﺤَﻤْﺪِﻩِ ﺳُﺒْﺤَﺎﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟْﻌَﻈِﻴﻢِ)
“Ada dua buah kalimat yang
ringan di lisan namun berat di dalam timbangan, dan keduanya dicintai oleh ar-Rahman(Allah), yaitu ‘Subhanallahi wabihamdihi, subhanallahil ‘azhim’.”

4. Kalau dipakai cara berfikir seperti orang dungu di atas, maka tidak perlu juga ngafal qur'an, tidak perlu sholat kalo masih maksiat!?

Dari penjelasan di atas, maka berdzikir dgn lisan adalah suatu yg sangat dianjurkan Allah dan Rasul Nya, dan orang yang mengatakan tidak perlu, tidak penting dzikir dgn lisan adalah tanda dari kedunguan yg nyata!

Semoga kita senantiasa berdzikir pada Allah, dan selalu berada dalam ketaatan pada Nya.
Wallahu a'lam.

Minggu, 26 Mei 2013

Metode Dakwah Rasulullah SAW



Alhamdulillah, selama saya tinggal di Husein dulu dan sholat jum'at di mesjid aAl-Azhar, tidak pernah mendengar khatib dan para ulama di Azhar menasehati sesuatu dengan menyebut merek tertentu, tidak pernah mengomentari dan mendkwhi sesuatu dengan menyebut nama, golongan dan kaum tertentu. Para khatib di Azhar berkhutbah dengan metode Al-qur'an dan Sunnah, dengan mau'izhah dan hikmah.

Jikalau ada orang-orang munafik atau orang-orang rusak akhlaknya dan menginginkan para sahabat dan umatnya terhindar dari sifat atau sikap munafik, Rasulullah tidak langsung menyebut bahwa si ini atau kaum ini munafik, tidak pernah Rasulullah menyebut "wahai kaumku yang sesat dan bobrok akhlaknya", tapi Rasulullah hanya menyampaikan  secara umum, seperti dalam hadits-hadits beliau : tanda orang munafik ada 3, jauhilah sifat munafik, dll. Jika Rasulullah melihat sahabatnya tidak peduli terhadap sesama, bersikap jahatterhadap sesama, maka Rasulullah cukup mendakwahi dengan sabdanya :"Muslim itu adalah saudara terhadap muslim lainnya, mereka saling bantu-membantu" dan "Muslim itu adalah siapa yang muslim lainnya nyaman dengan lisan dan tangannya". Begitu juga Alqur'an hanya menyebutkan karakter-karakter orang munafik yang akan diancam dengan azab neraka. Kecuali untuk kaum-kaum yang sudah terkena azab dan memang dikenal dalam sejarah, maka itu dijadikan ibroh. 

Seorang khatib dan da'i harus bisa menempatkan khitabnya dgn baik dan tepat, harus menilai dgn objektif dan benar. Cara penyampaian harus tepat walaupun yang disampaikan adalah kebenaran.

Jika ada suatu kaum A berprilaku tidak baik, maka ceramah yang tepat adalah dengan menyampaikan prilaku-prilaku tersebut tidak baik dilakukan oleh umat muslim apalagi sebagai penuntut ilmu agama, tanpa harus menyebut si kaum A yang belajar di Univ. B bobrok akhlaknya, melakukan ini dan itu dsb. Ini tanda si khatib tidak tau cara berkhutbah, tidak tau metode berdakwah dengan hikmah dan tepat. Apalagi kalau itu masih menduga-duga dan dilakukan oleh sebagian kecil orang dari kaum A tadi, kemudian menggenalisirnya. Sungguh sangat tidak tepat, dan lucunya mahasiswa yg berpendidikan yang mendengar langsung mengiayakan secara mutlak dan memfestifalisasikan khutbah si khatib tadi.
Sepertinya kita perlu belajar lagi cara berdakwah seperti tuntunan Rasulullah SAW. Wallahu a'lam.

Rabu, 22 Mei 2013

Filsafat Dakwah "Tadabbur Qur'an Surah Al-mudatsir: 31, Al-Qashas: 59, Yunus: 99"


Tadabbur Qur'an Surah Al-mudatsir: 31, Al-Qashas: 59, Yunus: 99.

Bukankah Al-qur'an menyatakan,
"Demikianlah Allah menyesatkan orang- orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. ” 
" Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk."
“Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki , tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu ( hendak ) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang - orang yang beriman?"

Bukankah sejarah juga membuktikan, bahwa anak dan istri dari Nabi utusan Allah pun tidak menjamin mereka pasti mendapat hidayah.

Tapi, kenapa hari ini banyak muslim sangat bernafsu dan tergesa-gesa bahkan sampai memaksa agar orang lain mendapat hidayah? Terlalu bernafsu dan memaksa agar semua orang beriman?

Kita hanya bisa menjadi sebab orang mendapat hidayah dan memohon pada Allah agar orang lain mendapat hidayah, tapi tetap hanya Allah yg menentukan hidayah kepada siapa yang Dia kehendaki. Dakwah adalah mengajak bukan memaksa.
Sungguh, saya tidak setuju dengan gerakan2 dakwah yang melakukan anarkis-anarkis, melakukan pemaksaan, aksi brutal pada siapapun itu dengan alasan menegakkan kalimat Allah.

Lihat akibatnya, orang-orang justru berpandangan negatif dengan agama yang anda tampilkan?

Lihat di Amerika dan eropa, tanpa dipaksa, tanpa aksi kekerasan, satu persatu warga di sana mengucapkan syahadat dan membalut diri dengan pakaian takwa.
Berita terakhir dari pusat studi Islam univ. cambridge, sekitar 50 warga asli inggris mengucapkan syahadat.

Intinya, Ada waktu, metode dan prosedur dalam berdakwah dan menyampaikan risalah Islam.
Jangan sampai gerakan dakwah malah menjadi sebab orang lari dari Islam.
Wallahu a'lam.

Sabtu, 04 Mei 2013

Hukum Tahlilan, Pandangan Islam tentang Tahlilan 7 dan 40 Hari.


Jawaban moderat ilmiah saya tentang hukum tahlilan 7 atau 40 hari. Bagaimana pandangan syariah sebenarnya mengenai tahlilan ini?


Sebelum menghukumi sesuatu, hal pertama yang harus dilihat adalah tashawur atau gambaran dan prakteknya.



Gambaran atau praktek tahlilan biasanya dilakukan pasca kematian seseorang, atau mengingat kematian seseorang, adapun hal-hal yang biasa dilakukan adalah, baca surah yasin, berzikir bersama (kadang dgn suara ringan atau keras), makan bersama(kadang-kadang), sedikit tausiyah dari ustadz, diakhiri dengan do'a. Kadang dilakukan sekali, ada yg 7 hari berturut2, bahkan sampai 40 hari atau lebih.
Nah, setelah mengetahui praktek dan amalannya. Baru dilihat adakah dalil umum atau khusus tentang tahlilan tersebut. 
Setelah dicari, ternyata ada dalil umum yang membolehkan. 
-Dalam ayat al-Qur'an;
"dan berbuat kebaikanlah kalian" kebaikan di sini bermakna umum, mau mendirikan wc umum gratis silahkan sekalipun nabi Muhammad tidak pernah membuat wc umum gratis.
"dan berdzikirlah pada Allah sebanyaknya" dzikir di sini juga bermakna umum, mau menyebut nama Allah atau sifatNya sampai seratus, seribu, atau berapapun silahkan tidak ada yang melarang.
"bacalah (ayat/surah) yang ringan dari Al-Qur'an", jika surah yasin ringan silahkan baca berapa kali pun, kapanpun waktunya asal anda sanggup.
"dan berinfaqlah dari rezeki yang telah Kami berikan padamu" ,memberi atau menghidangkan makanan pada orang lain termasuk menginfaqkan rezeki, mau memberi tiap hari, tiap jum'at, tipa bulan pada orang lain tidak apa2.
“ Berdoalah kalian kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkan permohonan kalian", 

-Dalam hadis nabi Muhammad Saw. Juga banyak dianjurkan melakukan perbuan baik, memberi makan saudara, mengingat mati, perbanyak zikir dan do'a dll.

#Syubhat orang-orang dungu:
-Ada orang dungu yang mengatakan tahlilan haram, bid'ah, pelakunya masuk neraka jahannam. 
Mereka orang dungu mengatakan kenapa hanya baca yasin ketika tahlilan, itu bid'ah!. Saya jawab: kalau orang dari kecil sampai mati sholat jama'ahnya di satu mesjid tidak pindah2 apa bid'ah juga?? kalau orang dari kecil sampai mati bacaan sholatnya cuma surah al-ikhlas dan an-naas aja apa juga bid'ah?? :-D
Mereka mengatakan kenapa pakai batasan waktu 7 atau 40 hari, itu bid'ah!. Saya jawab: kalau orang mau puasa nazar 7 hari, 40 hari apa bid'ah juga? kalau orang membiasakan atau memajibkan dirinya tiap hari baca 1 juz Alqur'an apa bid'ah juga?? Kalau tempat tahfidz membatasi setor hafalan Alqur'an tiap hari serubu' apa juga bid'ah?? Kalau orang memberi makan anak yatim tiap jum'at apa bid'ah juga?? Membatasi waktu belajar dari jam 8 pagi sampai jam 1 siang apa bid'ah juga?? Membuat aturan belajar pakai seragam apa bid'ah juga??
Mereka mengatakan, kenapa zikirnya keras2? Allah itu tidak tuli. Saya jawab: anda demo palestina atau demo lain2nya pake teriak2 takbir Allahu Akbar apa gak bid'ah itu??

Jawaban saya dengan kembali bertanya adalah karena pertanyaan orang2 bodoh di situlah letak kunci jawabannya. :-D

#Berlebihannya dan jahilnya orang yang tahlilan.
-Kadang orang2 yang tahlilan ini juga salah dan berlebihan. 
Ada di antara mereka yang mengatakan bahwa tahlilan setelah kematian adalah wajib, jika tidak melakukannya berdosa, memandang buruk orang yg tidak tahlilan, padahal itu hukumnya sunah(berpahala jika dikerjakan, tidak berdosa jika tidak dikerjaan).
Ada di antara mereka yang memaksakan diri sampai mengutang untuk hidangan makanan, padahal Allah tidak suka membebani hambaNya untuk hal yang tidak sanggup. Agama Islam itu mudah. Islam menganjurkan melakukan hal yang prioritas.

Intinya, jangan mengira tahlilan itu bid'ah dan haram, jangan menuduh orang yang yang tahlilan pelaku bid'ah &sesat. Juga jangan menganggap orang yang tidak tahlilan juga sesat dan berdosa. Karena tahlilan itu hukumnya sunah.
Wallahu a'lam.

Minggu, 07 April 2013

Banyaknya Orang Dungu, Salah Satu Tanda Akhir Zaman



Hati-hatilah dengan perkataan orang dungu, orang safih yang , manis terlihat tapi pahit dirasa, indah jika didengar/dipahami dengan pemikiran singkat, tapi busuk jika dicerna dengan pemikiran matang dan mendalam.
Hati-hatilah dengan perkataan orang-orang dungu dan safih tersebut, karena perkataan itu sangat mudah anda temui di mana pun, di situs jejaring sosial atau di mimbar-mimbar mesjid sekitar anda, atau di rak-rak buku pribadi dan pustaka anda, atau dari teman dekat anda dan guru anda sekalipun. Mereka adalah "HUDATSA ASNAN, SUFAHA AHLAM" sebagaimana yg tercantum dalam hadits Nabi Saw, ketika menceritakan tanda-tanda hari akhir bahwa akan datang anak-anak muda(isi kepala kosong/mafisy mukh) orang-orang idiot yang berbicara agama dan mengatasnamakan agama padahal hakikatnya jauh dari agama.
Fungsikan hati dan akal anda, jangan cuma salah satunya. Belajar dan pahami secara paripurna baru komentar.

Rasulullah SAW bersabda: “Akan muncul di akhir zaman nanti, suatu kaum yang terdiri dari orang-orang muda yang masih mentah fikirannya (cetek faham agamanya). Mereka banyak mengucapkan perkataan Khairil Bariyah (firman Allah SWT dan hadis Rasul SAW), tetapi iman mereka masih lemah. Pada hakikatnya mereka telah keluar agama seperti anak panah yang lepas dari busurnya. Di mana sahaja kamu dapat menemuinya, maka hapuskanlah mereka itu, siapa yang dapat menghapus mereka, kelak akan mendapat pahala di hari kiamat. “;-(Riwayat Bukhari dan Muslim)

#ringkasan ceramah Syekh Prof. Dr. Ali jum'ah (mantan mufti Mesir). 
#Kalau saya perhatikan, inilah mengapa Syekh Ali jum'ah sangat keras menghadapi orang2 yg seperti dalam hadis Rasulullah SAW di atas, karena bahayanya dampak yang ditimbulkan pada agama dan umat.

Sebelumnya saya pernah berbicara hati-hati dengan perkataan orang dungu! Nah, saya akan berikan contoh konkretnya agar jelas&terang seperti terangnya matahari.
"Biasanya orang dungu akan berkata: banyak orang mengkritik dan mencaci kita sampai bilang kita bodoh, pendapat kita gila. Tetaplah pada keyakinan kita jangan dengarkan kritikan orang lain, semakin banyak yang mengkritik & menyalahkan kita itu menandakan kita dalam kebenaran dan di jalan haq, orang lain hanya iri & dengki. Mereka orang2 dungu ini juga biasanya menyama2kan dengan Nabi saw,: lihatlah Nabi saw yang berada dlm kebenaran ketika menyampaikan Islam banyak yang menyerang & mengkritik beliau, mengatakan beliau gila, tukang sihir dll, tapi itu tidak menyurutkan beliau berdakwah justru dakwah semakin sukses, Islam semakin besar.

Perhatikanlah, perkataan orang-orang dungu ini memang indah dan manis jika dibaca sekilas, tanpa ilmu dan analisa ilmiah yg dalam. 

Nah, Kalau menggunakan perkataan orang-orang dungu ini sebagai standar kebenaran/di jalan haq, dan untuk berdalih bahwa kita itu benar, maka orang yahudi itu pasti juga berada di jalan benar/haq. Dari dulu orang yahudi dikucilkan, ditindas, diserang, dikritik oleh umat lain, bahkan hampir dibumihanguskan oleh tentara Nazi, tidak punya tanah untuk hidup dll, tapi sekarang orang yahudi justru menjadi bangsa besar dan sukses merajai ekonomi dan teknologi dunia. 
Atau ketika pemahaman orang-orang syiah dikritik dan diserang oleh ulama2 sunni menandakan pemahaman orang syiah benar, atau ketika filsafat yunani dikritik oleh ulama2 Islam berarti filsafat yunani itu mutlak benar semua. Atau ketika si lia eden yang ngaku Nabi, kemudian seluruh ulama Indonesi menyatakan dan menyerang bahwa lia eden sesat, itu menandakan lia eden berada di jalan kebenaran.!?

Lihatlah! Perhatikanlah kekacauan logika orang-orang berpendapat seperti ini! Inilah contoh dan bukti kedunguan, keidiotan mereka. Karena itu saya berani mengatakan orang yang punya pandangan seperti ini ciri2 orang tersebut dungu.
Karena itu hatilah dengan perkataan/retorika orang dungu ini. Jangan gampang ketipu. Ingat! Tong kosong nyaring bunyinya. 

Kebenaran itu ada standar dan punya ukuran ilmiah. 
1+1 = 2. Lantas, apakah ketika kita mengatakan 1+1= 3, kemudian orang mengatakan kita bodoh dan idiot itu menandakan kita benar? Kalau seperti itu, silahkan lanjutkan kedunguan dan keidiotan anda. :-D

#ya Allah, jauhkan kami dari orang-orang juhala, sufaha. Jangan jadikan kami di antara orang2 seperti itu. Jadikan kami orang2 yg berilmu dan bersama2 orang yang berilmu.

. Tidak ada ulama/fuqaha/ilmuwan menjadikan standar kebenaran hanya karena ada yang mengkritik dan menyalahkan, kalau banyak yang mengkritik kita berarti kita benar, tanpa menjawab kritikan tsb dan berburuk sangka bahwa orang lain hanya iri&dengki. Cara berfikir seperti apa dan siapa yang cara pandangnya seperti itu menurut bg? Belum pernah alam dengar ahlu ilmi memiliki cara pandang menilai benar dan salah seperti itu kecuali para juhala&sufaha.

Bg pasti pernah belajar dan masih belajar fiqih dan ushul fiqih nashi. Dalam fikih syafi'i sbgai contoh, ulama-ulama mazhab (orang2 berilmu) demi mencari kebenaran & qaul yang kuat mereka saling mengeluarkan hujjahnya, mengerahkan seluruh dalilnya hingga sampai hasil akhir ada qaul ashah dan muqabil ashah, ada qaul azhar dan zhahir, ada qaul shahih dan fasid/dhaif, atau dalam mazhab maliki ada masyhur dan ghair masyhur/gharib. hasil akhir ini untuk mendapatkan mana yang haq atau aqrab ilal haq diselesaikan dgn cara dan manhaj ilmiah, dgn hujjah ilmiah.

Dalam ushul fikih, para ulama ushuliyin jika terjadi perselisihan dan mengkritik pendapat lain demi mencari pendapat yg kuat yg benar, yg salim, mereka melalui perdebatan, rad-rad yg panjang hingga sampai hasil akhir muncul qaul mu'tabar dan ghairu mu'tabar, qaul yg dipakai dan qaul yang ditinggalkan, qaul yg benar dan salah, qaul tsawab qaul syadz, qaul haq dan qaul batik, semua dikupas dgn saling mendatangkan hujjah masing2, dgn cara dan manhaj ilmiah. 
Kalau dikritik, ya dijawab dgn ilmiah, bukankah seperti itu manhaj ulama kita?

Yang jadi masalah, ketika dikritik tapi gak jawab apa2, terus menjadikan kritikan dan serangan orang lain tersebv sebagai bukti dia dan pendapatnya itu yang benar dan haq, sampai2 berburuk sangka bahwa orang yg mengkritik dan menyalahkan nya hanya iri dan dengki.
Kan gak lucu dan gak cool kalau seperti itu.
Contoh: si Z bilang uang kertas haram, ta'amul dgn uang kertas haram, wajib pakai dinar-dirham dgn hujjah pas-pasan atau hanya hasil terka2. Terus dikritik/di-rad dan dinyatakan oleh si B&C bahwa pendapat si A salah dengan hujjah ilmiah, tapi si A diam, tidak mau menjelaskan apa2, dan anehnya tanpa menjawab rad B&C, si A lagi2 dgn terkaannya bahwa ia lah yang benar hanya dgn alasan/hujjah karena ada yg mengkritik dan menyalahkannya.!? 

Tentu saja, hadza la ya'ti illa min kalamil jahil!
Dan kalau seperti itu cara mencari, melihat dan menimbang kebenaran, berarti ia termasuk orang2 dungu/safih/jahil. 
Dan akan berdampak bahaya sekali jika cara pandang seperti itu dijadikan hujjah untuk menilai kebenaran. Contoh: jika si A mengeluarkan statement zina boleh dgn hujjahnya, kemudian dikritik& disalahkan oleh banyak orang B,C&D dgn hujjah yg ilmiah. Lantas si A diam dan kokoh dgn pendapatnya dan menganggap bahwa adanya kritikan dari B,C&D itu menandakan si A berada dalam kebenaran, karena banyak yg iri dan dengki atau si B,C&D itu hanya iri&dengki kpdnya, tanpa si A mempertanggung jawabkan pendapatnya dan menjawab kritikan yg ada, menutup kesalahannya karena gengsi, malu atau sudah tertutup akal&hatinya karena doktrin ntah dari siapa.

Sekali lagi, jika cara pandang dan cara berdalil/berhujjah seperti itu yg dipakai, maka akan banyak orang-orang dungu yang belum tau apa2, tidak punya ilmu, belum tau masalah, belum mengkaji scra ilmiah&mendalam, atau belum pernah belajar tentang suatu masalah tsb, mereka orang2 dungu itu akan seenaknya berkata macam-macam tentang agama, melakukan hal macam2 tentang agama tanpa didasari ilmu, terus ketika dikritik dan ada yg mengatakan apa yang dikatakan&dilakukannya salah dia malah berasumsi bahwa dia ada di jalan kebenaran. Sungguh, bagi alam orang seperti itu adalah orang yg dungu yg sangat berbahaya, karena orang dungu tidak akan sadar bahwa dia dungu, berbeda orang berilmu dia pasti sadar kalau dia dulu pernah bodoh.

Inti dari status alam. Kalau kita memberikan pendapat, melakukan sesuatu, kemudian ada yang mengkritik, maka harus dipertanggung jawabkan, dijelaskan, dicari mana yang benar dgn cara ilmiah, dicari titik temu kalau ketemu, atau kalau tidak bertemu maka saling berlapang dada bahwa itu masalah khilaf. Itu baru cara orang berpendidikan mencari kebenaran, menyelesaikan masalah dan juga enak dipandang. Bukan mendasari kebenaran hanya karena ada yang mengkritik, kalau ada yang mengkritik itu menandakan yg dikritik benar dan yang mengkritik itu cuma iri dengki. Tentu, Ini sangat tidak ilmiah sekali, sangat tidak masuk akal dan dungu sekali. 
wallahu a'lam.

Kamis, 07 Maret 2013

Awas, jangan sampai sifat yahudi ada sama anda, atau kelompok anda!



Kata yahudi dalam al-Qur'an sering disebutkan dengan kata alladzina haadu (الذين هادوا), kata "haadu" mirip dengan "hada/هدي" yang berarti memberi petunjuk.
Ada kaitan antara bahasa dan perangai yahudi, sebagaimana yang kita ketahui, orang yahudi menganggap diri mereka satu-satunya umat yang terbaik, mulia dan pilihan Tuhan, maka ketika ada seorang Nabi dan Rasul bukan dari kalangannya, mereka memusuhi, membenci bahkan sampai membunuh para Nabi yang mulia. Perangai seperti ini sangat dibenci Allah, dan karena perangai seperti inilah mereka akhirnya tersesat dan mendapat laknat.
Dikarenakan mereka menganggap dirinya dan keturunannya lah satu-satunya yang dapat hidayah/petunjuk, hanya kalangan merekalah yang benar di sisi Allah, mereka(yang merupakan keturunan nabi Ishaq, saudara Nabi Ismail) bahkan mengingkari, memusuhi saudaranya sendiri yang dari keturunan nabi Ismail. Puncaknya ketika mereka tahu nabi terakhir adalah dari garis keturunan nabi Ismail yaitu Muhammad saw.
Di antara perangai yahudi yang sangat hati-hati terhadap keturunan, ia tidak menganggap anak yang lahir bukan dari rahim ibu yahudi sebagai bagian dari kelompoknya/keturunannya walaupun bapaknya yahudi, ini karena rasa kesombongan pada diri dan kelompok/golongan mereka.
Kisah yahudi ini sebenarnya mirip dengan kisah iblis, iblis dulunya adalah makhluk yang taat/shaleh, tinggal di syurga. Tapi ketika diciptakan makhluk lain yaitu nabi Adam, mulai muncul kesombongan karena ia merasa dirinya adalah makhluk/ciptaan yang lebih baik dari nabi Adam, sehingga menolak sujud/memberi penghormatan pada Adam.

Status orang yahudi/keturunan nabi ishaq dengan keturunan Ismail itu sama-sama keturunan Nabi Ibrahim, maka kesombongan dan merasa paling benar, terbaik, dll membuat orang yahudi tersesat dan mendapat laknat. Begitu juga, status iblis dan adam itu sama-sama ciptaan Allah, maka ketika iblis merasa paling baik, ia ingkar pada Allah, tersesat dan terlaknat.

Ketika perang hunain, kaum muslimin ketika itu bangga dengan banyaknya jumlah, ada sedikit rasa sombong karena berada dalam jalan haq, benar dan pasti akan menang, maka Allah menegurnya dgn diturunkan wahyu ketika itu, agar jangan sampai mempunyai perangai seperti yahudi.

Maka hati-hatilah, selama status kita sama-sama muslim, masih mengakui Allah sebagai Tuhan, jangan sampai diri anda merasa benar dari saudara anda sampai anda memusuhi, menghina, mengkafirkan, apalagi membunuh dengan cara yang tidak haq. Karena jika begitu, apa bedanya anda dengan yahudi? Jangan sampai anda seperti maling teriak maling! Berkoar-koar yahudi laknat, ayo jihad perangi yahudi/zionis, tapi perangai anda 11-12 dengan mereka. Na'udzubillah min dzalik. Insaf...insaf..!!

Minggu, 24 Februari 2013

Al-Azhar, Moderat dan Islam


Akhirnya, ku temukan jawaban mengapa Al-Azhar dan para ulama Azhar menggunakan manhaj wasathiyah, selalu menyerukan Islam yang moderat/wasatan, menghadapi penyimpangan2 oleh kelompok2 lain dengan cara moderat, menyelesaikan persoalan dan gejolak umat degan moderat. Dan juga hingga kini menjadi sumber referensi Islam yg orisinil.

1. Coba lihat surat al-Baqarah ayat 108, kata "sawa a sabil" dalam tafsir jalalain diartikan "thariqul haq" yang asalnya adalah "al-wast". Berarti al-wast adalah thariqul haq/jalan kebenaran.

2. Lihat surat al-Baqarah ayat 142-143. Allah mensifati orang yahudi dan musyrikin yang tidak berada di jalan haq dengan kata "sufaha"/bodoh yang hampir mencapai gila/hilang akal. Dengan begitu, orang-orang sufaha/bodoh itu juga jauh dari jalan haq, karena itu mengapa jumhur ulama mewajibkan orang awam dan orang bodoh untuk taqlid pada imam mazhab atau pada orang yang faqih dan alim. Karena orang bodoh atau awam yg tabi' /mengikut dan taqlid pada imam mazhab, orang faqih dan alim, yuhkamu fi hukmihim/dihukumi seperti mereka(para imam mazhab&orang faqih), dengan begitu setidaknya penyimpangan umat Muhammad Saw jadi berkurang.
Kemudian, Allah menjadikan dan mensifati umat Muhammad Saw yang telah mendapat hidayah Islam sebagai umat yang "wasatan", yaitu umat pilihan/terbaik/penuh keadilan dan rahmat.

3. Banyak ayat Alquran dan juga hadis Rasulullah Saw yang mengatakan Allah tidak menyukai orang yang berlebihan dan melarang sikap berlebihan. Karena orang yang bersikap berlebihan identik dengan kebodohan tidak mau berfikir dengan matang dan ceroboh sehingga banyak salah. Karena itu, Islam melarang anak kecil mentasarufkan hartanya (pada muamalah tertentu) kecuali atas izin atau ditemani walinya agar tidak berlebihan dan membuang2 hartanya untuk yang tidak bermanfaat dan tidak dibutuhkan.

Kesimpulan: Islam adalah agama yang wasatan/moderat . Karena moderat adalah jalan haq yg ditempuh oleh Rasulullah saw, para sahabat, tabi'in, dan ulama-ulama yang berilmu/faqih, Allah pun tidak menyukai yang berlebihan dan orang bodoh yang sombong(tidak mau bertanya pada yang faqih).
Catatan: jangan salah memahami atau menyamakan moderat yg disyiarkan oleh Azhar dan ulama Azhar dengan moderat yg digemborkan orang liberal, karena perbedaannya jauh bagai langit dan bumi.

#tadabbur pagi s.al-Baqarah.

Don't be Stupid Muslim


Untuk Mu Wahai Sahabat ku Yang Mau Menggunakan Akalnya:
بسم الله الحمان الرحيم
عن ابي هريرة قال: قال رسول الله: "من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين"
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, Allah akan menjadikannya faqih pada agama(nya)”. 
Hadis di atas dapat dipahami dengan jelas, bahwa orang yang diberikan kebaikan oleh Allah Swt hanyalah orang-orang yang faqih dan alim pada agamanya. Jika Allah sudah menjamin orang faqih berada dalam kebaikan, insya Allah kebenaran ada pada dirinya. Orang fakih dan alim itu lebih utama dari seorang abid (ahli ibadah) tapi tak berilmu. Rasulullah menjelaskan tentang perbedaan antara orang berilmu dan ahli ibadah: “"فضل العالم علي العابد كفضلي علي أدناكم , keutamaan orang berilmu dibanding orang yang ahli ibadah seperti keutamaanku terhadap orang yang terendah diantara kamu” . Imam Sufyan ats-Tsauri berkata: “sungguh satu orang alim, lebih ditakuti dari pada seribu ahli ibadah”.
Mengapa bisa demikian jauh perbedaan derajatnya? Karena orang-orang berilmulah yang mengetahui hakikat agama Islam, sekali pun amalnya kurang (maksudnya amalan sunahnya kurang tapi yang wajib tidak pernah tinggal). Karena merekalah yang menjaga agama ini dari penyimpangan dan kesalahan, menjaga dan mengajari orang-orang bodoh yang tak mau belajar,tidak mau menggunakan akal dan hatinya agar tidak serampangan mengamalkan ajaran agama Islam dan mendakwa sesuatu atas nama Islam padahal sebenarnya mereka jauh dari hakikat ajaran Islam yang mudah,hanif dan rahmat.  Dalam kitab al-Muwafaqat karya Imam Syatibi disebutkan sebuah hadis dari Ibnu Mas’ud bahwasanya Rasulullah berkata: “Wahai Ibnu Mas’ud, tahukah kamu siapa manusia yang paling berilmu/paling mengetahui(kebenaran)? Ibnu mas’ud menjawab: Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Rasulullah kemudian melanjutkan: “manusia yang paling berilmu/paling mengetahui adalah dia yang mampu melihat kebenaran jika terjadi ikhtilaf pada manusia sekalipun dia adalah orang yang kurang amalannya, sekalipun ia berjalan pelan menggunakan duburnya”.  
Dari hadis ini, Qatadah –seorang Tabi’in- berkata: "من لم يعرف الإختلاف لم يشم أنفه الفقه" / “Siapa yang tidak mengetahui perbedaan, hidungnya tak mampu menghirup baunya fikih”. Maksudnya adalah dia bodoh dan tak paham terhadap persoalan agama.
Hisyam bin Abdullah ar-Razi berkata: “من لم يعرف إختلاف القراءة فليس بقارئ, ومن لم يعرف إختلاف الفقهاء فليس بفقيه”/ “siapa yang tidak tau perbedaan dalam qiraat maka ia bukanlah qari’ (ahli qiraat), siapa yang tidak tau perbedaan antara fuqaha maka dia bukanlah seorang faqih”.
Imam Malik berkata: “لا تجوز الفتيا إلا لمن علم ما اختلف الناس فيه” / “tidak boleh berfatwa kecuali bagi orang yang mengetahui apa yang menjadi perbedaan di antara manusia”. Maksudnya adalah perbedaan para fuqaha/ahli fikih, bukan orang awam dan apa yang menjadi ikhtilaf dalam ayat-ayat hukmdan hadit-hadis hukum.
Dari hadis dan perkataan para ulama salaf di atas, dapat dipastikan seorang faqih atau alim adalah mereka yang mengetahui yang haq dan bisa memehami perbedaan manusia.  Dan kalau saya boleh berkata, orang yang tidak mengetahui perbedaan manusia, maka dia adalah bukan manusia, karena perbedaan adalah sunatullah, hanya orang safih yang tidak bisa menerima  dan memahami perbedaan, bahkan Rasulullah SAW bisa memahami akan perbedaan antara Muslim dan orang-orang Yahudi dan Nasrani sehingga membuat perjanjian dan kesepakatan dengan mereka yang dikenal dengan piagam madinah, Rasulullah juga memahami perbedaan di antara sahaba danmengajak parasahabat untuk bermusyawarah bersama, karena Islam bukanlah agama paksaan, Bahkan Rasulullah SAW pun sangat memahami bahwa beliau tidak bisa memberikan hidayah kepada seluruh makhluk sekalipun orang yang beliau cintai jika Allah tidak berkehendak.
Kebodohan dan fitnah itu sangat erat kaitannya, fitnah itu muncul tak lain hanya keluar akibat dari kebodohan orang-orang bodoh yang tidak mengenal perbedaan, mereka hanya memiliki semangat,mereka kadang merasa paling benar dan di jalan haq sehingga berani menggunakan ayat-ayat Qur’an yang suci dan hadis-hadis Nabi yang mulia dengan alasan mereka adalah yang paling benar dan hidayah Allah hanya pada diri mereka.
Ingatkah pada sebuah perang Hunain ketika kaum muslimin merasa pasti akan menang/congkak dalam perang karena banyaknya jumlah dan berada di jalan yang haq, tapi Allah menegur dalam al-Qur’an: “dan ingatlah peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat sedikitpun kepada mu, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai ”
Ibnu Sina berkata: “بلينا بقوم يظنوا أن الله لا يهدي سواهم”/ “Kami ditimpa bala/petaka disebabkan oleh suatu kelompok atau golongan yang mengira bahwa Allah hanya memberi petunjuk pada diri mereka”.
Perhatikanlah sejarah berikut ini:
قُتِل سيدنا عثمان بدعوى (تحقيق العدالة ومقاومة الظلم) !
قُتل سيدنا علي بدعوى (أنه لم يحكم بما أنزل الله وأنه فرّق صف المسلمين) !
قُتل سيدنا الحسين بدعوى (القضاء على الفتنة) !
قُتل سيدنا عبدالله بن الزبير وهُدمت الكعبة بدعوى (توحيد الكلمة) !
فاعتبروا يا أولي الألباب ..
رضي الله عن الصحابة أجمعين وعلى آل البيت السلام .
-Khalifah Utsman ra dibunuh dengan dakwaan sekelompok orang-orang tolol untuk mewujudkan keadilan dan melawan kezaliman.
-Khalifah Ali dibunuh dengan alasan mereka orang-orang yang bodoh bahwa Ali ra tidak berhukum dengan hukum Allah Swt, dan beliau telah keluar dari barisan kaum muslimin (padahal karena tidak ada di barisan mereka).
-Cucu Nabi, Husein ra dibunuh karena alasan orang-orang tak berakal untuk menghilangkan fitnah (padahal mereka lah yang sebenarnya sumber fitnah).
-Sahabat Nabi Abdullah bin Zubair dibunuh begitu juga ka’bah yang hampir dihancurkan karena dakwaan orang-orang safih untuk menyatukan kalimat dan barisan (padahal mereka sendiri yang mebuat-buat kelompok).
Maka ambillah I’tibar dari sini wahai engkau yang memiliki akal!
Berhati-hatilah memahami  Islam, al-Qur’an dan sunnah, berhati-hatilah dalam beragama, kalau kita bukan orang yang faqih lebih baik diam, dan bertanyalah pada orang yang faqih dan alim. Janganlah sembarangan mencomot ayat-ayat Qur’an yang suci untuk suatu yang tidak ada hubungannya atau tidak nyambung kaitannya dengan Islam. Pelajari agama dari para ulama yang memiliki sanad terpercaya, bukan dari orang-orang yang mengaku ulama, merasa ahli hadis, pakar al-Qur’an, ahli fikih yang guru-guru dan masyaikhnya tidak jelas apalagi dari google. Dekat-dekatlah dengan orang berilmu dan faqih.
Umar bin Khattab ra berkata: “لا يتجر في سوقنا إلا من فقه (و في اللفظ الأخر: إلا من تفقه في دينه”/ “Tidak boleh melakukan bisnis di pasar kami kecuali orang yang faqih (mengetahui hukum muamalat, halal dan haram serta dhawabit-dhawabit syariah).
Kalau kita tidak tau halal dan haram dalam muamalat, tidak tau fikih muamalah jangan coba-coba berbisnis kecuali memiliki penasehat yang faqih sebagai tempat bertanya, kalau belum tau politik Islam dengan benar jangan coba-coba berpolitik kecuali ada pakar syariat sebagai pengawas pergerakan politik anda, kalau punya massa, ajari syariat dulu,pahami terhadap Islam agar tidak menjadi orang bodoh yang Cuma punya semangat dan menjadi fitnah di kemudian hari. Wallahu a’lam.
اللهم فقهنافي الدين, اللهم جنبنا فنتن, اللهم اهدناصراطك الهستقيم