Sabtu, 04 Mei 2013

Hukum Tahlilan, Pandangan Islam tentang Tahlilan 7 dan 40 Hari.


Jawaban moderat ilmiah saya tentang hukum tahlilan 7 atau 40 hari. Bagaimana pandangan syariah sebenarnya mengenai tahlilan ini?


Sebelum menghukumi sesuatu, hal pertama yang harus dilihat adalah tashawur atau gambaran dan prakteknya.



Gambaran atau praktek tahlilan biasanya dilakukan pasca kematian seseorang, atau mengingat kematian seseorang, adapun hal-hal yang biasa dilakukan adalah, baca surah yasin, berzikir bersama (kadang dgn suara ringan atau keras), makan bersama(kadang-kadang), sedikit tausiyah dari ustadz, diakhiri dengan do'a. Kadang dilakukan sekali, ada yg 7 hari berturut2, bahkan sampai 40 hari atau lebih.
Nah, setelah mengetahui praktek dan amalannya. Baru dilihat adakah dalil umum atau khusus tentang tahlilan tersebut. 
Setelah dicari, ternyata ada dalil umum yang membolehkan. 
-Dalam ayat al-Qur'an;
"dan berbuat kebaikanlah kalian" kebaikan di sini bermakna umum, mau mendirikan wc umum gratis silahkan sekalipun nabi Muhammad tidak pernah membuat wc umum gratis.
"dan berdzikirlah pada Allah sebanyaknya" dzikir di sini juga bermakna umum, mau menyebut nama Allah atau sifatNya sampai seratus, seribu, atau berapapun silahkan tidak ada yang melarang.
"bacalah (ayat/surah) yang ringan dari Al-Qur'an", jika surah yasin ringan silahkan baca berapa kali pun, kapanpun waktunya asal anda sanggup.
"dan berinfaqlah dari rezeki yang telah Kami berikan padamu" ,memberi atau menghidangkan makanan pada orang lain termasuk menginfaqkan rezeki, mau memberi tiap hari, tiap jum'at, tipa bulan pada orang lain tidak apa2.
“ Berdoalah kalian kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkan permohonan kalian", 

-Dalam hadis nabi Muhammad Saw. Juga banyak dianjurkan melakukan perbuan baik, memberi makan saudara, mengingat mati, perbanyak zikir dan do'a dll.

#Syubhat orang-orang dungu:
-Ada orang dungu yang mengatakan tahlilan haram, bid'ah, pelakunya masuk neraka jahannam. 
Mereka orang dungu mengatakan kenapa hanya baca yasin ketika tahlilan, itu bid'ah!. Saya jawab: kalau orang dari kecil sampai mati sholat jama'ahnya di satu mesjid tidak pindah2 apa bid'ah juga?? kalau orang dari kecil sampai mati bacaan sholatnya cuma surah al-ikhlas dan an-naas aja apa juga bid'ah?? :-D
Mereka mengatakan kenapa pakai batasan waktu 7 atau 40 hari, itu bid'ah!. Saya jawab: kalau orang mau puasa nazar 7 hari, 40 hari apa bid'ah juga? kalau orang membiasakan atau memajibkan dirinya tiap hari baca 1 juz Alqur'an apa bid'ah juga?? Kalau tempat tahfidz membatasi setor hafalan Alqur'an tiap hari serubu' apa juga bid'ah?? Kalau orang memberi makan anak yatim tiap jum'at apa bid'ah juga?? Membatasi waktu belajar dari jam 8 pagi sampai jam 1 siang apa bid'ah juga?? Membuat aturan belajar pakai seragam apa bid'ah juga??
Mereka mengatakan, kenapa zikirnya keras2? Allah itu tidak tuli. Saya jawab: anda demo palestina atau demo lain2nya pake teriak2 takbir Allahu Akbar apa gak bid'ah itu??

Jawaban saya dengan kembali bertanya adalah karena pertanyaan orang2 bodoh di situlah letak kunci jawabannya. :-D

#Berlebihannya dan jahilnya orang yang tahlilan.
-Kadang orang2 yang tahlilan ini juga salah dan berlebihan. 
Ada di antara mereka yang mengatakan bahwa tahlilan setelah kematian adalah wajib, jika tidak melakukannya berdosa, memandang buruk orang yg tidak tahlilan, padahal itu hukumnya sunah(berpahala jika dikerjakan, tidak berdosa jika tidak dikerjaan).
Ada di antara mereka yang memaksakan diri sampai mengutang untuk hidangan makanan, padahal Allah tidak suka membebani hambaNya untuk hal yang tidak sanggup. Agama Islam itu mudah. Islam menganjurkan melakukan hal yang prioritas.

Intinya, jangan mengira tahlilan itu bid'ah dan haram, jangan menuduh orang yang yang tahlilan pelaku bid'ah &sesat. Juga jangan menganggap orang yang tidak tahlilan juga sesat dan berdosa. Karena tahlilan itu hukumnya sunah.
Wallahu a'lam.

5 komentar:

  1. Nabi memiliki beberapa anak, yang anak laki2 semua

    meninggal sewaktu masih kecil. Anak-anak perempuan

    beliau ada 4 termasuk Fatimah, hidup sampai

    dewasa.
    Ketika Nabi masih hidup, putra-putri beliau yg

    meninggal tidak satupun di TAHLIL i, kl di do'akan

    sudah pasti, karena mendo'akan orang tua,

    mendo'akan anak, mendo'akan sesama muslim amalan

    yg sangat mulia.

    Ketika NABI wafat, tdk satu sahabatpun yg TAHLILAN

    untuk NABI,
    Fatimah tdk mengadakan TAHLIL an, padahal Fatimah

    putrinya yg paling dicintai Nabi..
    Apakah Fatimah durhaka..???
    Apakah Nabi dianggap HEWAN..???? (kata sdr sebelah)

    Para sahabat Utama masih lengkap.., masih hidup..
    ABU BAKAR adalah mertua NABI,
    UMAR bin KHOTOB mertua NABI,
    UTSMAN bin AFFAN menantu NABI 2 kali malahan,
    ALI bin ABI THOLIB menantu NABI.
    Apakah para sahabat BODOH....,
    Apakah para sahabat menganggap NABI hewan....

    (menurut kalimat sdr sebelah)
    Apakah Utsman menantu yg durhaka.., mertua

    meninggal gk di TAHLIL kan...
    Apakah Ali bin Abi Tholib durhaka.., mertua

    meninggal gk di TAHLIL kan....
    Apakah mereka LUPA ada amalan yg sangat baik,

    yaitu TAHLIL an koq NABI wafat tdk di TAHLIL i..

    Saudaraku semua..., sesama MUSLIM...
    saya dulu suka TAHLIL an, tetapi sekarang tdk

    pernah sy lakukan. Tetapi sy tdk pernah mengatakan

    mereka yg tahlilan berati begini.. begitu dll.

    Para tetangga awalnya kaget, beberapa dr mereka

    berkata:" sak niki koq mboten nate ngrawuhi

    TAHLILAN Gus.."
    sy jawab dengan baik:"Kanjeng Nabi soho putro

    putrinipun sedo nggih mboten di TAHLILI, tapi di

    dongak ne, pas bar sholat, pas nganggur leyeh2,

    lan sakben wedal sak saget e...? Jenengan Tahlilan

    monggo..., sing penting ikhlas.., pun ngarep2

    daharan e..."
    mereka menjawab: "nggih Gus...".

    sy pernah bincang-bincang dg kyai di kampung saya,

    sy tanya, apa sebenarnya hukum TAHLIL an..?
    Dia jawab Sunnah.., tdk wajib.
    sy tanya lagi, apakah sdh pernah disampaikan

    kepada msyarakat, bahwa TAHLILAN sunnah, tdk

    wajib...??
    dia jawab gk berani menyampaikan..., takut timbul

    masalah...
    setelah bincang2 lama, sy katakan.., Jenengan

    tetap TAHLIl an silahkan, tp cobak saja

    disampaikan hukum asli TAHLIL an..., sehingga

    nanti kita di akhirat tdk dianggap menyembunyikan

    ILMU, karena takut kehilangan anggota.., wibawa

    dll.

    Untuk para Kyai..., sy yg miskin ilmu ini,

    berharap besar pada Jenengan semua...., TAHLIL an

    silahkan kl menurut Jenengan itu baik, tp sholat

    santri harus dinomor satukan..
    sy sering kunjung2 ke MASJID yg ada pondoknya.

    tentu sebagai musafir saja, rata2 sholat jama'ah

    nya menyedihkan.
    shaf nya gk rapat, antar jama'ah berjauhan, dan

    Imam rata2 gk peduli.
    selama sy kunjung2 ke Masjid2 yg ada pondoknya,

    Imam datang langsung Takbir, gk peduli tentang

    shaf...

    Untuk saudara2 salafi..., jangan terlalu keras

    dalam berpendapat...
    dari kenyataan yg sy liat, saudara2 salfi memang

    lebih konsisten.., terutama dalam sholat.., wabil

    khusus sholat jama'ah...
    tapi bukan berati kita meremehkan yg lain.., kita

    do'akan saja yg baik...
    siapa tau Alloh SWT memahamkan sudara2 kita kepada

    sunnah shahihah dengan lantaran Do'a kita....

    demikian uneg2 saya, mohon maaf kl ada yg tdk

    berkenan...
    semoga Alloh membawa Ummat Islam ini kembali ke

    jaman kejayaan Islam di jaman Nabi..., jaman

    Sahabat.., Tabi'in dan Tabi'ut Tabi'in
    Amin ya Robbal Alamin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagus nih komen.
      Rasul aja ga pernah TAHLIL an, dicontohkan saja tidak. kenapa dibuat ?
      Sahabat Rasul pun yang sudah tidak diragukan lagi kesholihan mereka pun tidak pernah TAHLIL an, para Imam pun TIDAK PERNAH MENCONTOHKAN TAHLILAN.
      Fikir saja sendiri lagi. dan hebat sekali bilang orang lain dungu, sedangkan mereka melihat apakah pernah dicontohkan para sholihin yang dekat kepada Rasul atau tidak. Seangkan anda mengacu pada Ayat Al Quran yang sesungguhnya lebih menekankan kepada hal lain yang sudah jelas dan dicontohkan Rasulullah. Anda hanya salah interpretasi dan salah emahami ayat tersebut.
      Apakah anda sudah jadi seorang cendekiawan yang lebih pintar daripada orang2 yang anda bilang dungu ? apakah Rasul, Sahabatnya, dan para Imam bersar Islam dungu karena tidak tahlilan dan mereka menyebut sesuatu yang tidak dicontohkan Bid'ah lantas mereka dungu ?
      Apabila anda mencontohkan bikin WC umum gratis dan membandingkannya dengan praktek agama, anda ternyata lebih parah daripada orang yang anda bilang dungu tadi. :)

      Hapus
    2. untuk acara tahlilan terhadap kematian, pangkalnya bukan dari islam yang dibawakan nabi muhammad, tetapi berpangkal dari paham islam yang sudah bercampur dan berakulturasi dengan agama hindu, nabi muhammad tidak pernah melakukan Ini, tetapi kegiatan ini diambil dari kitab dan ajaran hindu. berikut dalil tahlilan, maulidan, yasinan, 7 bulanan dan selamatan : 1.Dalil pengkhususan waktu selamatan kematian (1 hari,3 hari,40 hari dan seterusnya). “Termashurlah selamatan yang diadakan pada hari pertama, ketujuh, empat puluh, seratus dan seribu” (Kitab Manawa Dharma Sastra Weda Smerti hal. 99, 192, 193). Perintah penyembelihan hewan pada hari tersebut: “Tuhan telah menciptakan hewan untuk upacara korban, upacara kurban telah diatur sedemikian rupa untuk kebaikan dunia.” (kitab Panca Yadnya hal. 26, Bagawatgita hal. 5 no. 39). Perkataan ulama’: “Upacara selamatan untuk memperingati hari kematian orang Jawa hari ke 1, 7, 40, 100, dan 1000 hari, jelas adalah ajaran Hindu” (Ida Bedande Adi Suripto laknatullah ‘alaihi,lihat kitab “Nilai-nilai Hindu dalam budaya Jawa). 2.Dalil selamatan (kenduri/kenduren): Sloka prastias mai pipisatewikwani widuse bahra aranggaymaya jekmayipatsiyad aduweni narah”. “Antarkanlah sesembahan itu pada Tuhanmu Yang Maha Mengetahui”. Yang gunanya untuk menjauhkan kesialan” (kitab sama weda hal. 373 no.10). a. Dewa Yatnya (selamatan) Yaitu korban suci yang secara tulus ikhlas ditujukan kepada Sang Hyang Widhi dengan jalan bakti sujud memuji, serta menurut apa yang diperintahkan-Nya (tirta yatra) metri bopo pertiwi. b. Pitra Yatnya Yaitu korban suci kepada leluhur (pengeling- eling) dengan memuji yang ada di akhirat supaya memberi pertolongan kepada yang masih hidup. c. Manusia Yatnya Yaitu korban yang diperuntukan kepada keturunan atau sesama supaya hidup damai dan tentram. d. Resi Yatnya Yaitu korban suci yang diperuntukan kepada guru atas jasa ilmu yang diberikan (danyangan). e. Buta Yatnya Yaitu korban suci yang diperuntukan kepada semua makhluk yang kelihatan maupun tidak, untuk kemulyaan dunia ini

      Hapus
  2. Pada lucu-lucu nih komennya,, gak paham tulisan saya ya.
    Oke mas heru,, nabi gak pernah make hanphone untuk berkomunikasi dan mengucapkan selamat hari raya ke teman2nya yg jauh,, namun apakah lantas berkomunikasi dengan handphone dan mengucapkan selamat hari saya menggunakan handphone itu bid'ah dan haram karena nabi tidak mengerjakannya??
    contoh lain adzan dan sholat menggunakan speaker atau mic? nabi, sahabat dan para tabi'in gak pernah tuh pake begituan,, lantas apakah adzan dan sholat mengguanakan speaker dan mic itu bid'ah dan haram?? hehe...
    belajar agama itu ada jenjangnya, menghukumi sesuatu itu ada metodologinya yang sudah diajarkan oleh ulama-ulama salaf, jangan sembarangan membid'ahkan, mengkafirkan orang, memusyrikkan orang, menyalahkan dan menuduh orang lain tanpa menggunakan parameter ilmu, yang saya jelaskan dalam artikel saya itu menggunakan parameter ilmu fikih dan ushul fikih, anda tidak jelas parameternya, bisanya cari yang gampang, apa yang gak dikerjain nabi pasti bid'ah,, haha,, lucu banget... :D
    oiya,, ada kaedah ushul fikih, "ترك النبي صلى الله عليه وسلم لا يدل على التحريم" apa yang tidak pernah dikerjakan nabi/ditinggalkan nabi tidak berarti menukkan hal itu haram, apalagi bid'ah yang pelakunya masuk neraka. :D
    Saran saya belajar itu dari guru-guru yang jelas keilmuannya, baca itu dari buku-buku karangan ulama yang jelas, mu'tabar dan mu'tamad. Kalo perlu belajar ke universitas azhar sekalian biar paham. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. untuk acara tahlilan terhadap kematian, pangkalnya bukan dari islam yang dibawakan nabi muhammad, tetapi berpangkal dari paham islam yang sudah bercampur dan berakulturasi dengan agama hindu, nabi muhammad tidak pernah melakukan Ini, tetapi kegiatan ini diambil dari kitab dan ajaran hindu. berikut dalil tahlilan, maulidan, yasinan, 7 bulanan dan selamatan : 1.Dalil pengkhususan waktu selamatan kematian (1 hari,3 hari,40 hari dan seterusnya). “Termashurlah selamatan yang diadakan pada hari pertama, ketujuh, empat puluh, seratus dan seribu” (Kitab Manawa Dharma Sastra Weda Smerti hal. 99, 192, 193). Perintah penyembelihan hewan pada hari tersebut: “Tuhan telah menciptakan hewan untuk upacara korban, upacara kurban telah diatur sedemikian rupa untuk kebaikan dunia.” (kitab Panca Yadnya hal. 26, Bagawatgita hal. 5 no. 39). Perkataan ulama’: “Upacara selamatan untuk memperingati hari kematian orang Jawa hari ke 1, 7, 40, 100, dan 1000 hari, jelas adalah ajaran Hindu” (Ida Bedande Adi Suripto laknatullah ‘alaihi,lihat kitab “Nilai-nilai Hindu dalam budaya Jawa). 2.Dalil selamatan (kenduri/kenduren): Sloka prastias mai pipisatewikwani widuse bahra aranggaymaya jekmayipatsiyad aduweni narah”. “Antarkanlah sesembahan itu pada Tuhanmu Yang Maha Mengetahui”. Yang gunanya untuk menjauhkan kesialan” (kitab sama weda hal. 373 no.10). a. Dewa Yatnya (selamatan) Yaitu korban suci yang secara tulus ikhlas ditujukan kepada Sang Hyang Widhi dengan jalan bakti sujud memuji, serta menurut apa yang diperintahkan-Nya (tirta yatra) metri bopo pertiwi. b. Pitra Yatnya Yaitu korban suci kepada leluhur (pengeling- eling) dengan memuji yang ada di akhirat supaya memberi pertolongan kepada yang masih hidup. c. Manusia Yatnya Yaitu korban yang diperuntukan kepada keturunan atau sesama supaya hidup damai dan tentram. d. Resi Yatnya Yaitu korban suci yang diperuntukan kepada guru atas jasa ilmu yang diberikan (danyangan). e. Buta Yatnya Yaitu korban suci yang diperuntukan kepada semua makhluk yang kelihatan maupun tidak, untuk kemulyaan dunia ini

      Hapus