Senin, 22 Juli 2013

Metode Berdakwah, Hikmah dan Pelajaran di Balik Piagam Madinah




Berdakwah tak akan pernah terlepas dari sebuah realita, agar dakwah dapat diterima dan tepat sasaran, penuh hikmah dan kebijaksanaan maka pendakwah harus memahami realita dgn baik & benar. Memahami realita kuncinya adalah dengan mengetahui situasi kondisi. Pertama, harus sadar diri akan kondisi pribadi, tau kekuatan pribadi, tau waktu yg tepat utk berdakwah. 
Kedua, harus paham dgn kondisi/keadaan orang yg didakwahi, kekuatannya, tabiatnya dan tau waktu yg pas untuk menyampaikan dakwah.

Rasulullah saw ketika masa-masa awal dakwah, pernah mengalami tekanan yg dahsyat dari para kaum kafir n musyrikin hingga malaikat menawarkan untuk mengazab kaum tersebut, tapi apa jawab Rasulullah? Jangan, mereka melakukan itu karena kejahilan mereka. 
Rasulullah sadar n paham akan keadaan n realita pd masa itu, mendakwahi kaum jahiliyah n musyrikin yg sudah puluhan tahun berada dalam kejahiliyahan n kemusyrikan itu tidak bisa sehari-dua hari atau bahkan setahun-dua tahun, tapi bisa memakan waktu 10-20 tahun. 
Kita bisa baca dalam sejarah, pada periode awal dakwah d mekkah, Rasulullah melakukan manuver dakwahnya dgn cara lemah lembut n penuh kesabaran. Bahkan ketika periode madinah tetap dgn cara yg penuh kebijaksanaan n kematangan Rasulullah melakukan manuver dakwahnya dgn cara merangkul berbagai suku n aliran kepercayaan (yahudi, nasrani, majusi, musyrikin), Rasulullah juga membuat sebuah perjanjian piagam madinah. Apa hikmah dibalik piagam madinah ini? Tentu saja, karena Rasulullah menyadari tidak semua orang akan rela, ikhlas, legowo menerima dakwah Islam, lagi pula masalah hidayah n ketaatan itu merupakan urusan Allah n pribadi seseorang. Kalau pun Rasulullah memaksakan, itu hanya akan menjadi peperangan yg tak ada habisnya yg justru akan merugikan kaum muslimin. Maka dibentuklah piagam madinah, untuk merangkul semua golongan yg ada, apa maunya masing2 dari golongan tersebut, bahkan walaupun ada butir perjanjian yg sedikit merugikan pihak kaum muslimin, Rasulullah tetap menerimanya, karena realita yg mengharuskan Rasulullah mengambil kebijakan tsb, karena jika Rasulullah tidak membuat perjanjian piagam madinah, maka kaum muslimin yg kekuatannya masih kecil, akan mendapat tekanan n serangan dahsyat tidak hanya dari dalam madinah, tapi juga dari luar madinah. 
Lihat n saksikanlah, Rasulullah kekasih Allah yang sudah pasti kebenaran risalah dakwahnya, yg sudah dijanjikan akan dijaga oleh Allah saja tetap berdakwah dengan cara realistis, penuh perhitungan yg matang tidak membabi buta, tetap menghormati keyakinan orang lain, tetapnmemberikan apa yg diinginkan kelompok lain.
Maka siapa kita, walaupun yg kita dakwahkan itu benar n baik, tapi berdakwah dgn cara instan, membabi buta, menganggap hanya kelompok kita yg paling benar, Menuduh semua orang selain kelompok kita munafiq, muslim ambigu dan sebagainya? Siapa kita? Apakah kita malaikat dan Nabi?? 
Kenapa baru dikasih kekuasaan, langsung melengserkan, mengusir, memberantas semua orang-orang lama yang menjadi oposisi?? Langsung menganggap orang lama adalah antek mubarak atau antek amerika dan yahudi semua, semua musuh yg harus diberantas n dilengserkan. Langsung memasang orang2 dari kelompok pribadi menjalankan pemerintahan?? Apalagi yg diberantas adalah orang2 militer yg hampir seabad merasakan kekuasaan, yg sejak lama mencengkram negara Mesir. Mereka tentu tidak akan tinggal diam, jika kekuasaan n kekuatannya diganggu, dicopot dalam waktu cepat. Di tambah lagi ada dalang/pihak2 lain yg lebih besar kekuatannya dibalik militer mesir.
Siapa kita baru setahun langsung ingin mengubah peradaban dunia?? Langsung ingin menjadi pemimpin peradaban dunia??
Inilah akibatnya, jika bermain instan n kasar, kita juga akan dikasari. Berani menurunkan orang lain, maka harus siap jika diturunkan orang lain. "Kama tadiin, tudaan"

Yang perlu digaris-bawahi dalam peristiwa kudeta presiden di Mesir adalah, kita hidup tidak seorang diri, di dunia ini tidak hanya terdiri satu golongan, bukan cuma golongan kita yg hidup di dunia ini, banyak berbagai golongan dgn tabiat, sifat, tujuan n keinginan yg berbeda-beda, tidak semua orang bisa diajak pada kebaikan n keimanan, tidak semua orang sefikrah dgn kita, terlebih dalam mengurus negara, banyak kelompok, suku, agama, n pola pikir yg berbeda, maka tugas pemimpin adalah merangkul, apa yg diinginkan masing2 kelompok, kalau perlu buat perjanjian, sekalipun ada butir yg tidak disukai n sedikit merugikan kelompok anda. Karena itulah yang telah dicontohkan oleh Nabi junjungan kita Muhammad saw. Bahwa Islam adalah agama rahmatan lil 'alamin, bahwa Islam bukanlah agama yang suka memaksa, bahwa Islam bukanlah agama yang sangat nafsu kekuasaan, Islam adalah agama yg penuh toleransi. Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar