Senin, 07 Mei 2012

Untuk Kedua Kalinya Aku Jatuh Cinta pada Matruh dan Siwa





Selepas ujian akhir semester, para Masisir (Masyarakat Indonesia di Mesir) banyak melakukan berbagai kegiatan, mereka sibuk dengan aktifitas  sendiri demi mengisi waktu liburan yang sangat sia-sia jika tidak dimanfaatkan. Berhubung waktu liburan yang diberikan oleh berbagai universitas di Mesir cukup lama, salah satunya di Universitas Al-Azhar Asy-Syarief, tempat aku menuntut ilmu. Waktu liburan yang diberikan tak tanggung-tanggung, 4 bulan, terhitung dari akhir Juni sampai akhir September. Ini pun kuliah belum berjalan normal, masih bisa ditambah 1 bahkan 2 bulan lagi hingga akhir November. Tak jarang, mahasiswa yang mempunyai kelebihan harta, jauh hari sebelum ujian mereka sudah memesan tiket pulang ke tanah air Indonesia pada tanggal beberapa hari setelah ujian akhir semester usai. Maskapai faforit mereka adalah Qatar Airways, karena budgetnya yang paling murah diantara maskapai lain.


Serasa hidup dengan gaya orang Eropa, ya seperti itulah yang kurasakan kehidupan di Mesir, mengingat peralihan musim di negeri seribu menara ini mirip dengan di Eropa. Liburan akhir semester yang lama, ditambah dengan suasana musim panas (summer) memang sungguh menggoda, menggoda untuk pulang ke kampung halaman, menggoda untuk pergi jalan-jalan atau backpacker kata orang Inggris. Bagi yang berdompet tebal, mungkin akan memilih opsi pulang ke tanah air, namun tidak bagi yang berdompet pas-pasan, seperti aku, opsi menetap di negeri fir’aun adalah konsikuensi logis. Dan, untuk melepas kebosanan, satu-satunya cara adalah dengan rihlah atau jalan-jalan.




Jauh hari sebelum ujian, beberapa travel group milik masisir sudah memposting pendaftaran rihlah. Banyak pilihan yang ditawarkan karena banyaknya tempat wisata dan rekreasi yang begitu indah di Mesir. Rencana aku, untuk tahun ini tidak ingin melakukan jalan-jalan, lebih baik membeli buku berjilid-jilid, mengisi liburan di Mesjid talaqqi (belajar face to face) bersama para ulama-ulama besar al-Azhar. Namun, bukan lah hati kalau tidak berubah-ubah. Melihat sebuah pemflet liburan ke Matruh dan Siwa telah menggoyahkan iman ku, aku jadi teringat memori tahun lalu, memori indah nan manis yang terekam begitu rapi di tempat itu. Aku ingat, koleksi foto ku di sana belum mencukupi, masih banyak gaya-gaya foto ku yang tidak pas ketika berfoto di Matruh dan Siwa tahun lalu. (jangan ketawa ya… ). Dan sekarang, adalah kesempatan ku untuk menunjungi Matruh dan Siwa untuk yang kedua kalinya. Sebuah organisasi besar tempat ku bernaung, KMM (kesepakatan Mahasiswa Minangkabau) telah membuka pendaftaran untuk melakukan rihlah menyibak alam Matruh dan Siwa selepas ujian.  Akhirnya nama ku tercantum berada pada urutan 50.


Matruh dan Siwa adalah dua nama tempat wisata yang berbeda. Matruh terletak di utara Mesir, sebuah deretan pantai yang langsung berhadapan dengan benua Eropa. Pantai di Matruh merupakan pantai bertaraf internasional karena keindahan tiada tara pantainya. Satu diantaranya adalah pantai Ageebah (ajaib) yang konon memiliki 7 warna, bahkan salah seorang temanku mengatakan Matruh cukup bersaing dengan pulau Suju di Korea Selatan. Sedangkan Siwa adalah sebuah nama daerah yang terletak di tengah-tengah Mesir atau tepatnya terletak di tengah padang gurun pasir yang gersang namun menyejukkan. Karena di daerah ini muncul lebih kurang 200 oase dan mata air yang airnya sangat begitu jernih dan menyegarkan, belum lagi rimbunan pohon kurma yang bertebaran.  Nah, kedua tempat inilah yang akan menjadi tujuan rihlah atau jalan-jalan ku. Kedua tempat ini entah mengapa telah menyihirku, padahal masih banyak tempat wisata yang tidak kalah menarik dan indahnya dengan Matruh dan Siwa.


Malam hari, kami berkumpul di rumah gadang KMM –asrama milik kekeluargaan KMM-, First Settlement, New Cairo. Dari sinilah kami bertolak menuju Matruh yang nanti dilanjutkan ke Siwa. Kami akan berlama-lama di sana 3 hari 3 malam. 
Rommel Beach dan Banana Boat

Sampai di Matruh, rombongan langsung menuju Rommel Beach, untuk rehat setelah perjalanan selama 7 jam dan sarapan pagi di pantai lepas Laut Tengah (Laut Mediterranean) dengan ombaknya yang menghempas batu karang di pinggir pantai. Dengan berbekal makanan yang dimasak oleh panitia di Rumah Gadang, seluruh peserta menikmati sarapan pagi. Ketika makan bersama dengan talam di pinggir pantai terasa ada kebersamaan dan keakraban. Terasa lebih indah.  Setelah perut terisi dan stamina sudah pulih, kami langsung foto bersama di pinggir pantai lepas laut Mediterranean ini. Lautnya begitu indah dan biru pekat menandakan kedalaman yang curam, plus ombak besarnya yang menghantam keras batu karang di tepi pantai, sangat indah untuk menjepret dan mengabadikan diri di sini.

Setelah sarapan pagi, dan foto-foto narsis di tepi Laut Mediterania, kami berpindah ke sisi pantai Rommel lainnya yang sudah dikelola untuk menjadi objek wisata. Di tempat ini sebagian kami ada berenang, ada yang bermain sepeda air dan tidak sedikit yang mencoba tantangan Banana Boat. Menaiki Banana Boat memiliki keasyikkan tersendiri dan cukup memacu adrenalin. Betapa tidak, ditarik oleh boat dengan kencang dan dibalikkan di lautan menjadi sensasi tersendiri. Sebagian lain ada yang memilih bermain bola kaki di bibir pantai sebelum akhirnya juga berenang. Serta tidak sedikit yang memilih untuk menjadi penonton dan penikmat alam sambil berfoto ria.

Hamam Cleopatra (Tempat Mandi Ratu sejagat Raya Cleopatra) dan Pantai Ageebah

Tanpa terasa, matahari semakin tinggi, siangpun menjelang. Tengah hari kami berpindah untuk melihat objek wsiata lainnya yang terkenal di Kota Matruh, Hamam Celopatra. Tempat yang diklaim sebagai tempat pemandian ratu Cleopatra, seorang ratu cantik yang sangat tersohor di Mesir. Sayang sekali, di tempat ini kami hanya bisa berfoto-foto dari jarak jauh dari lokasi Hamam, karena ombak yang sangat deras dan besar, sedangkan posisinya agak menjorok ke laut, padahal kami sangat ingin melihat dari jarak dekat hamam Ratu Tercantik sejagat raya itu.

Setelah puas berfoto, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju pantai `Ajibah. Keindahan pantai `Ajibah menghipnotis kami untuk berlama-lama menikmati keindahan pantai yang tersohor keindahan warna air lautnya ini. Di antara kami yang belum puas berenang di pantai Rommel, kembali menyelam di pantai Ageebah. Namun, tingkat kejernihan pantai Ageebah tidak sejernih dan sebening di pantai Rommel, sebabnya adalah karena terlalu banyak sekali orang yang berkunjung dan bermandi ria di sini, tidak hanya orang Mesir, turis dari berbabagai mancanegara pun turut menyumbang kekeruhan pantai ini, termasuk kami turis dari Indonesia, hehe. Karena ini adalah pantai yang paling terkenal dan indah, dengan perhitungan matang, setelah mencharge baterai kamera digital, saatnya menghabiskan baterai kembali dan jumlah maksimal foto yang tersedia. Dari bawah pantai hingga bukit pantai, membuat kami lelah berfoto-foto. Dan menunggu sunset tiba, kami bermain bola bersama. Tapi nasib sedang tidak berpihak pada kami, berjam-jam menunggu sunset, ternyata sunset tidak muncul di pantai Ageebah, melainkan terbenam di arah bukit yang berlawanan dengan arah laut.

Siwa, Misteri dan Keindahan Alamnya


Menjelang matahari tenggelam, perjalanan dilanjutkan menuju Siwa. Setelah menempuh perjalanan selama 3,5 jam melewati gurun pasir, kami sampai di Hotel Cleopatra. Sebanyak 50 orang menginap di hotel ini.

Pohon-pohon palem yang rimbun di sepanjang Oasis Siwa menyimpan sejarah penting sehingga kami yang bersedia mengadakan perjalanan jauh dan panas melintasi gurun ini pasti akan sangat menghargai keberadaannya.

Secara sepintas lalu, Siwa, oasis Mesir yang paling sulit dicapai, berada di tengah-tengah Gurun Barat, 31 mil dari perbatasan Libya, dikelilingi oleh hamparan bukit-bukit pasir Great Sand Sea, dan dataran tinggi batu gamping Middle Miocene.

Siwa masih tetap merupakan tempat terpencil yang indah dan penuh misteri. Cerita-cerita gaib mengenai jin-jin pada cerita Seribu Satu Malam di Arabia akan dengan sangat mudah untuk dibayangkan keberadaannya di bawah langit malam surga gurun ini.

Kota dan pedesaan yang berada di sekitar oasis tersebut adalah pemukiman rumah yang dihuni lebih dari 20.000 penduduk di mana mayoritas penduduknya adalah etnis Barbar yang berbicara dalam bahasa daerah Tasiwit, yang juga dikenal dengan Siwi. Populasi penduduk lokalnya dibagi atas sebelas suku, yang diatur oleh masing-masing kepala sukunya. Kejahatan yang dilakukan penduduk Siwa ditangani dengan aturan suku setempat.

Karena Siwa masih merupakan tradisi kesukuan kuno, adalah sangat  umum bagi seorang gadis untuk menikah di usia muda seperti 14 tahun. Setelah menikah, kaum perempuan suku Siwa setempat hampir tidak pernah terlihat keluar dari rumah tanpa menggunakan kerudung kepala penuh yang terbuat dari sifon hitam, yang digunakan untuk menutupi seluruh kepala dan wajah.

Meskipun para wisatawan dan beberapa orang asing yang tinggal di Siwa menggunakan pakaian model Barat mereka yang umum, mereka tetap merupakan sebuah komunitas yang konservatif. Sifat spesial Siwa yang misterius, nampak ada di mana-mana, namun sulit dikenal. Mungkin saja karena Siwa adalah sebuah kepulauan yang dipenuhi dengan tumbuhan hijau, udara segar dan air murni, dan ia merupakan kehidupan di tengah-tengah ratusan mil gurun pasir yang gersang dan menghanguskan.

Salt Lake (Danau Garam), Jabal Dakrur dan Ain Cleopatra

Memasuki hari kedua, setelah sarapan pagi, kami menikmati rahasia alam yang ada di negeri penghujung Mesir yang berbatasan langsung dengan Libya ini. Perjalanan dimulai dengan melihat Salt Lake, danau garam. Danau berukuran lebih kurang 8 x 40 km sudah tua sekali, sudah ada sejak zaman raja Amon (7 Abad SM). Saat dikunjungi, di pinggir danau, garam banyak yang membeku, sehingga tampak memutih. Sayangnya garam ini belum beryodium.

Setelah puas menikmati panorama Salt Lake dan berfoto ria, kami beranjak menyaksikan Jabal Dakrur. Sebuah bukit tempat berkumpulnya penduduk Siwa setiap tahunnya pada saat ulang tahun Siwa. Acara yang diadakan pada pertengahan bulan Hijriah yang terjadi di bulan Oktober ini biasanya  bertepatan dengan momen setelah panen Kurma dan Zaitun. Siwa merupakan daerah yang terkenal dengan perkebunan Kurma dan Zaitunnya.

Semua masyarakat berkumpul dengan dihadiri oleh 11 Syaikh, kepala kabilah di seluruh Siwa. Semua permasalahan sosial yang terjadi dalam setahun diselesaikan di bukit ini. Para pemimpin kabilah yang akan langsung menyelesaikannya. Sehingganya selesai dari pertemuan itu, tidak ada lagi permasalahan masyarakat yang terjadi. Konon kabarnya kriminal nyaris tidak pernah terjadi disana. Tidak ada perkelahian, apalagi pembunuhan. Suasana terlihat sangat islami dan budaya bertahan kuat.


Dari Jabal Dakrur perjalanan dilanjutkan menuju `Ain Cleopatra. Sebuah sumber mata iar yang sejuk di tengah perkebunan kurma, sumber kehidupan dan pengairan bagi masyarakat Siwa yang juga sudah berusia tua sekali. Konon di Siwa terdapat ratusan mata air yang berusia sangat tua. Mata air ini dinamakan dengan `Ain Cleopatra, karena dulu pernah dikunjungi oleh ratu Cleopatra. Dari `Ain Cleopatra perjalanan dilanjutkan mengunjungi kuil Amun.

Bagaimanapun juga, tidaklah mengherankan apabila oasis indah yang terpencil ini pernah menjadi salah satu tempat dari oracle(sabda dewa) yang paling berpengaruh di dunia yang lampau. Kuil oracleatau yang biasanya disebut Kuil Amun, diambil dari nama seorang Dewa Mesir, masih tegak berdiri, meskipun kebanyakan telah menjadi puing-puing kecuali yang tersisa hanyalah tembok ruang utama.

Berdasarkan bukti arkeologi, Kuil Amun diperkirakan sudah berdiri sejak abad ke-7 SM dan telah menyaksikan banyak raja-raja dan orang-orang besar yang  mengambil risiko untuk melakukan perjalanan berbahaya menempuh gurun pasir untuk menerima ramalan oracle di sana.

Oracle Siwa menjadi kuat dan berpengaruh, yang menyatakan bahwa pada abad ke-525 SM, raja Cambyses, penguasa Persia pertama atas Mesir, akan mengirimkan 50.000 pasukan tentara untuk merebut daerah itu dan menggulingkannya, dan karena ia telah memprediksikan kematiannya.


Sebagai konsekuensi atas usaha invasinya, seluruh pasukan menghilang di tengah Gurun Barat tanpa jejak. Bukti tentang nasib dari para pasukan-pasukan tersebut tidak ditemukan sampai dengan hari ini. Meskipun dalam tulisan yang ditinggalkan oleh Herodus, sejarahwan Yunani dinyatakan mungkin saja telah terjadi badai pasir yang telah menelan semua pasukan beserta seluruh pakaian perang dan perlengkapan yang mereka bawa. Jarang terpikir oleh kita, mengapa pada 331 SM, Alexander Agung, raja Romawi, si pencari kemasyuran itu pergi untuk berunding dengan oracle Siwa.


Ia pergi untuk memastikan apa yang telah ia putuskan untuk dirinya sendiri—bahwa ia adalah seorang keturunan langsung dan putra Dewa Amun, yang juga dikenal sebagai Dewa Zeus atau Jupiter oleh bangsa Yunani.

Diantara semua orang yang mengunjungi Siwa, ia adalah orang yang paling terkenal dan jika bukan karena dirinya, mungkin saja oasis tersebut telah hilang dari sejarah. Alexander telah meninggalkan kejayaan bagi Siwa. Tak peduli apa pun yang telah dibisikkan  oleh oracle itu kepadanya, hal ini telah menuntunnya untuk mempercayai bahwa ia memang benar, dengan begitu telah mendorong nalurinya untuk menaklukan Asia.

Jazirah Fatnas

Setelah sejenak singgah di Kuil Amun kunjungan dilanjutkan menuju Jazirah Fatnas. Sebuah daratan yang menjadi kebun kurma di tengah Salt Lake. Di pulau yang hijau ini juga terdapat sebuah mata air yang dikenal dengan Ain Shouruf. Di mata air yang sejuk ini sebagian kami memilih untuk berenang. Meskipun diameternya kecil, tapi tidak sedikit yang berenang di dalamnya. Sebagian lain memilih untuk memetik kurma dan menikmati keindahan alam di penghujung pulau sambil meminum minuman dingin.

Off Road & Sand Skatting di Padang Sahara

Dari jazirah Fatnas, kami kembali ke hotel untuk rehat sejenak dan bersiap-siap menikmati objek selanjutnya. Wisata safari (off road) di padang pasir Sahara, sebagai objek utama yang menjadi andalan Siwa dan menjadi tujuan para pelancong sudah siap menanti. Objek yang satu ini merupakan wisata yang paling menegangkan, penuh tantangan dan mengundang decak kagum setiap orang yang mengikutinya, apalagi kami, makhluk dari Negara yang hanya bisa merasakan air hujan kini akan merasakan padang pasir Sahara yang dulu dipelajari di pelajaran Ilmu Sosial SD dulu. Keinginan ku akhirnya tercapai, ini, tempat inilah salah satu tujuan utama ku mengapa ingin kembali ke Matruh dan Siwa.

Sebuah perjalanan sore yang menguji nyali kami  ini dimulai pukul 15.00 WK. Setelah memasuki wilayah gurun, para sopir Jeep dan Land Cruisermelakukan atraksi-atraksi yang membuat kami seakan berhenti bernafas, menegangkan sekaligus seru. Para sopir Siwa yang sudah teruji tidak takut sama sekali untuk menuruni penurunan curam dan terjal di padang pasir yang nyaris lurus vertikal. Kami seakan tidak percaya dengan apa yang mereka alami sendiri. Seakan mimpi di siang bolong.

Selain menikmati adventure yang seru, kami menikmati indahnya panorama padang pasir yang sangat menakjubkan. Indahnya padang pasir yang selama ini hanya dilihat dari foto-foto dan video kali ini disaksikan dengan mata kepala sendiri. Eloknya bentukan alam ini seakan sengaja didesign oleh seorang creator ahli, sayangnya bukan, yang dilihat adalah murni Maha Karya Ilahi yang sangat menakjubkan dan mengundang tasbihsetiap orang yang berada di atasnya.

Di padang pasir, selain menikmati indahnya pesona padang pasir, kami bisa bermain skate, menuruni lembah-lembah tinggi, yang menambah indah perjalanan sore itu. Setelah puas bermain skate, kami segera menikmati oase padang pasir, yang menjadi panorama tersendiri. Di oase, sebagian dari kami berenang, menikmati kenyamanan air oase yang sejuk di penghujung sore. Sebagian lain ada yang menghabiskan waktu dengan berfoto ria mengabadikan siluet senja di padang pasir.

Setelah menikmati panorama oase, kami berkumpul di satu tempat yang tinggi untuk menyaksikan sunset di padang pasir. Subhanallah, betapa agung ciptaanMu ya Rabb. Lakal hamdu kulluhu. Allahu Akbar. Lidah terasa kelu untuk mengungkapkannya. Tak ada kata-kata yang sanggup mewakilinya. Ketika malam mulai kelam, kami baru kembali menuju hotel untuk menghadap Ilahi, Kreator Hakiki tiada bandingan, sholat maghrib berjamaah.

Setelah makan malam, kami mengunjungi Qaryah Barbariah atau disebut juga dengan Syali Qodimah, yang bermakna kota tua. Syali adalah bahasa Barbar yang bermakna kota. Syali Qadimah kota kuno tempat tinggal orang Barbar pertama kali di Siwa. Mereka membangun rumah di atas bukit sejak sebelum masehi dulu dan  masih bertahan hingga sekarang.

Syali  ini terbuat dari gugusan batu bata dan tanah liat, dengan kamar seukuran satu meter. Di Kota Mati ini tak ada lagi kesan kehidupan. Lalat pun segan terbang ke sana. Rumah dibangun dengan pondasi alami bukit karang yang menancap ke dalam dasar bumi dengan tambahan kayu kurma. Sebuah kota yang dibuat seperti benteng dengan bertingkat tujuh memiliki 4 gerbang utama.


Dulu, ketika senja tiba, semua gerbang benteng ini ditutup. Tidak ada lagi penghuni yang masuk dan keluar. Gerbang kembali dibuka setelah matahari terbit keesokan harinya. Semua kehidupan berlangsung di dalam kota itu. Kemampuan arsitektur suku Barbar di Siwa melebihi kecerdasan arsitektur bangunan pada zamannya. Dari puncak syali Qadimah terlihat jabal mauta (kuburan di atas bukit), danau garam, oase siwa, kuil Amon, serta seluruh kota Siwa dapat terlihat dari puncaknya.

Memasuki hari ketiga, kami bersiap-siap untuk kembali ke Kairo melalui kota Matruh. Setelah menunaikan shalat Subuh, aku dan sebagian kawan yang lain menyewa sepeda penduduk setempat untuk melihat-lihat keindahan Siwa di pagi hari sambil menghirup udara segar. Sebagian lain ada yang bermain bola di halaman hotel. Setelah mengkonsumsi sarapan pagi, kami chek out dari hotel dan melanjutkan perjalanan menuju Kairo melalui Matruh.

Sebelum ke Kairo, kami kembali singgah ke Pantai Obayd (pantai putih), keindahan pasir putih dan ombaknya yang tenang menjadi daya tarik tersendiri bagi pelancong. Setelah melaksanakan shalat Zuhur dan Ashar dijamak taqdim dan diqashar, sebagian kami kembali berenang.

Dari Obayd beach perjalanan kembali dilanjutkan menuju Kairo. Pukul 22.45 WK. kami kembali berada di Rumah Gadang dengan selamat. Selesai sudah petualangan 3 hari 3 malam di Kota Matruh yang mengandalkan keindahan panorama lautnya dan Kota Siwa dengan mengandalkan panorama gurun padang pasirnya. Tak berlebihan bila Matruh - Siwa merupakan sebuah rumah pagi para penulis cerita.





Kamis, 03 Mei 2012

For Some Reason and a Purpose!



Sebuah ungkapan bijak mengatakan “Everything has a purpose and reason”, segala sesuatu pasti memiliki tujuan dan alasan. That’s absolutely right, bahkan seekor nyamuk pun memiliki tujuan dan alasan tertentu dalam penciptaanya. Dalam Al-Quran Allah SWT menerangkan, “Sesungguhnya Allah tidak malu membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu.”(QS. Al Baqarah [2]: 26). Tentu ada hal yang sangat istimewa dari nyamuk atau bahkan hewan yang lebih kecil dari nyamuk. Ada tujuan dan alasan dari penciptaan nyamuk.  Ada beragam hikmah mengapa nyamuk ada, karena Allah sang Maha Pencipta mustahil menciptakan suatu yang sia-sia.

Kita tahu, nyamuk merupakan binatang serangga yang kecil, lemah, yang sekali tepuk ia bisa mati. Tapi siapa tahu dengan tubuh kecilnya dan belalai mungilnya, ia mampu membuat manusia sekarat bahkan menyebabkan maut. Nyamuk juga sangat singkat masa hidupnya, ini bisa menjadi pelajaran bagi manusia bahwa ia juga memiliki hidup yang sangat singkat. Melalui belalai penghisap darah nyamuk, manusia terinspirasi menciptakan jarum suntik yang sangat berguna sebagai alat pengobatan. Karena nyamuk, pabrik-pabrik produksi pembasmi nyamuk tercipta, lapangan kerja ada, hingga mengurangi jumlah pengangguran dan membantu meningkatkan kesejahteraan negara. Ini hanyalah beberapa contoh kemungkinan dibalik tujuan, alasan dan hikmah penciptaan nyamuk, dan pasti masih banyak tujuan lain yang belum bisa kita temukan.

Segala sesuatu punya tujuan, jam menunjukkan waktu, kendaraan mengantarkan penumpang pada suatu tempat, mata untuk melihat, hati untuk merasa, kaki untuk berjalan, dan lainnya. Semua itu berjalan sesuai dengan kodrat penciptaannya, semua yang ada di dunia memiliki fungsi, tujuan dan alasan mengapa ia ada. Tak terlepas kita sebagai manusia termasuk di dalamnya. Ada tujuan, alasan dan hikmah tertentu mengapa manusia ada, mengapa kita ada, mengapa kita tercipta, mengapa kita terlahir di dunia. Dalam al-Quran secara jelas bahwa manusia tercipta hanyalah untuk menghamba kepada Allah SWT Sang Maha Pencipta. (QS. Adz-Dzariyat:56). Namun, kita tidak bisa memahami penghambaan makna dengan sempit, yaitu hanya dengan mengisi hari 24 jam dengan sholat, puasa, dan ritual ibadah semata. Banyak cara dan hal yang bisa kita lakukan sebagai aktualisasi penghambaan pada-Nya.

Segala sesuatu punya alasan tertentu, seseorang beragama Islam, Yahudi, atau Kristen pasti ada alasan tertentu.  Mengapa kita terlahir sebagai Muslim, pasti memiliki tujuan dan alasan juga hikmah tertentu. Mengapa ada Muslim dan kafir, mengapa ada orang pemalas dan rajin, mengapa ada orang kaya dan miskin, semua pasti memiliki alasan dan tujuan. Dengan adanya orang kafir, Muslim bisa berdakwah pada orang kafir bahkan berjihad dan syahid. Dengan adanya orang rajin, si pemalas bisa belajar dan termotivasi darinya. Dengan adanya orang miskin, si kaya bisa bersedekah dan beramal.

Segala sesuatu punya tujuan dan alasan tertentu, meski begitu, tujuan dan alasan tersebut mestilah sesuai kodratnya, berjalan di relnya, dan berada pada posisi yang pas dan benar. Apa jadinya jika sebuah jam tidak lagi menunjukkan waktu dengan benar?, apa jadinya jika kendaraan tidak mengantarkan penumpang pada tempat yang tepat?, apa yang terjadi jika tangan, kaki, mata, mulut manusia tidak berada pada tujuan yang benar dan baik?. Apa jadinya jika hati dan pikiran  manusia tidak lagi berjalan pada relnya? Surely, that'll make a huge chaos. Akan terjadi kekacauan besar bahkan bisa menyebabkan kehancuran.  Untuk itu, manusia yang mempunyai hati dan akal, harus mengetahui tujuan dan alasan keberadaannya dengan baik dan benar. Dengan begitu, ia akan berjalan pada posisi dan rel yang pas dan benar  dalam hidupnya. Tidak bingung atau merusak kehidupannya sendiri dan orang lain.

We have to be here for some reason and purpose

Seperti halnya segala sesuatu memiliki tujuan tertentu, di paragraph ini lah tujuan sebenarnya dari tulisan sederhana saya. Kita, keberadaan kita pada tempat yang kita pijak saat ini, pasti memiliki alasan dan tujuan tertentu. Melewati pulau, Negara, laut, benua dan samudera bahkan berpisah dengan kedua orang tua, kita akhirnya tiba di negeri ini, negeri yang kaya peradaban umat terdahulu. Negeri pusat referensi ilmu Islam, sebuah ilmu yang sudah sangat jarang orang mau mempelajarinya dengan sungguh-sungguh layaknya orang yang sangat berhasrat mempelajari ilmu-ilmu keduniaan dengan tujuan dunia –bukan bermaksud meniadakan dunia-. Pengorbanan harta dan tenaga orang tua agar kita mampu memijakkan kaki di sini, pasti memiliki tujuan dan alasan mulia.

Masing-masing keberadaan kita di sini pasti punya tujuan dan alasan tertentu. Tujuan masing-masing kita terangkum dalam satu tujuan besar, mengemban dakwah Islam. Karena satu-satunya yang bisa menyelesaikan seluruh permasalahan di dunia ini hanya dengan Islam. Dan dunia tidak akan pernah damai dan sejahtera dengan Islam, atau Islam sendiri tidak akan terlihat kekuatannya tanpa adanya orang-orang yang mau mengemban dakwah Islam, tanpa orang-orang yang mampu dan berani mengaktualisasikan kehidupan sehari-harinya, mengatur setiap urusan mereka dari hal yang kecil hingga skop yang besar dengan nilai-nilai universal Islam yang sempurna dan mulia. Siapa lagi yang akan percaya dengan Islam kalau bukan  kita umat Islam sendiri. Siapa lagi yang mau mempelajari Islam dengan pemahaman yang baik dan benar kalau bukan kita, yang sudah jauh pergi meninggalkan kampung halaman, orang tua, teman, saudara, bahkan kekasih tercinta untuk  belajar di negeri seribu menara ini.

So, what are we supposed to do here? What we really could be?

Kini, kita sudah tiba atau mungkin terlanjur tiba, keinginan kita mengecap pendidikan di Mesir sudah terealisasi. Sekarang, apa yang mesti kita lakukan? Apa sesungguhnya yang dapat kita lakukan di sini? Jikalau tujuan besar masing-masing kita adalah untuk Islam –dengan kata lain untuk ridha Allah-. Maka, tujuan-tujuan dan alasan-alasan peribadi masing-masing kita, harus bermuara pada ridha Allah, berada dalam rel dan nilai-nilai Islam.

Mereka yang sudah atau terlanjur muqayyad dalam jurusan Ushuluddin cabang tafsir, maka kuasai lah ilmu tafsir dengan baik dan benar, jangan pernah setengah-setangah apalagi berhenti berubah haluan karena ada hal lain yang berbau materi, karena keberadaan anda di sana adalah nanti untuk meluruskan syubhat-syubhat orang yang salah mentafsirkan al-Qur’an dengan hawanya. Begitu juga mereka yang sudah muqayyad di jurusan hadits, maka dalami lah, gali lah, kuasai lah ilmu hadits dengan baik dan benar, karena alasan mengapa anda berada di sana adalah untuk meluruskan orang-orang jahil yang mengaku-ngaku ahli hadits dan membentengi sunah Nabi dari orang-orang yang ingin menghancurkan dan menyebarkan syubhat serta kesesatan. Mereka yang berada di jurusan Syariah, bersungguh-sungguh lah mempelajari syariah, pahami lah, kuasai lah elemen-elemen dasar ilmu syariah seperti fikih, ushul fikih, dan berbagai elemen lainnya, agar nanti tidak berfatwa, mengeluarkan hukum yang sesat dan berakibat fatal sehingga memecah belah umat, agar nanti mampu memberikan pencerahan pada umat. Begitu juga yang sudah atau terlanjur muqayyad pada jurusan Syariah dan Qonun, pasti keberadaan anda di sana untuk sebuah tujuan dan alasan tertentu, dengan mendalami qonun anda pada akhirnya akan menemukan bahwa semua qonun wad’I/buatan manusia atau dari barat ternyata jiplakan dan modifikasi mereka dari hukum islam, metode penafsiran undang-undang, teori akad, faskh, metode deduksi hukum undang-undang banyak menyadur dari metode istinbath hukum Islam dari al-Quran dan Hadits. Hal senada juga untuk beberapa cabang keilmuan lainnya.

Begitu banyak masalah yang berkaitan dengan umat Islam saat ini, tidak hanya Islam, bahkan konflik yang ada di dunia ini bermuara pada agama. Semua permasalahan itu tidak lah mudah untuk diatasi tanpa kita yang memahami Islam dengan benar. Kalau kita sendiri yang rusak dan salah, maka siapa lagi yang akan mengawal Islam? Kalau kita sendiri yang tidak memahami Islam dengan baik, kalau kita sendiri malas belajar,  enggan mengaktualisasikan nilai-nilai Islam dalam diri kita, apa yang terjadi 10, 20, hingga 50 tahun ke depan? Siapakah yang akan mewariskan keilmuan Islam? Apakah akan masih ada para ulama? Ataukah yang ada hanya ulama gadungan? Apakah cukup dengan buku-buku keislaman? Tidakkah kita melihat justru ada banyaknya buku keislaman yang bertebaran malah membuat orang awam dan bodoh membaca, memperlajari Islam dengan cara dan pemahaman yang salah?!

Mumpung kita masih di sini, banyak yang mesti kita gali di sini, waktu kita tidak cukup untuk menguasai semua yang telah diwariskan di sini, bumi para Nabi. Dan yang terpenting adalah pengembangan dan implementasi dari apa yang sudah kita dapatkan. Umat Islam terdahulu mampu meraih masa keemasan karena mereka mampu mengimplementasikan dan mengembangkan Islam, karena ilmu dan Islam bukan hanya sebatas di kepala apalagi sebatas angan-angan, tidak sebatas pada ucapan di mulut atau hanya goresan pena, tapi ada dalam tataran paktek, riil, usaha, kerja dan karya nyata. Dan karya atau kerja nyata yang saat ini mungkin bisa kita lakukan adalah dengan tekun belajar, menguasai pelajaran, untuk bekal diri sendiri, sebagai kahlian kita yang dengan sendirinya akan mendatangkan hal-hal yang tak terduga. Siapa sangka kita bisa meraih mumtaz dalam ujian? Siapa sangka kita nanti dapat beasiswa/minhah atau bahkan ketika tamat S1 mendapat tawaran kuliah di eropa, amerika atau malaysia? Siapa tahu nanti ada orang mempercayakan pekerjaan pada kita? Atau menjadikan kita menantunya? J

Yang terpenting adalah kita mesti percaya, orang yang benar-benar berilmu dan memiliki keahlian/skill tidak akan sengsara. Kita sudah berada di negeri Arab, maka prioritas utama pengembangan atau skill bahasa yang harus dipatenkan dalam diri kita adalah bahasa arab. Sangat lucu, orang kuliah di arab tapi masih gagap bahasa arab. Dan masih lumayan memiliki kekurangan dalam penguasaan bahasa arab tapi fasih bahasa inggris dari pada tidak punya skill memadai dalam bahasa arab dan inggris sama sekali atau justru lebih terampil berbahasa daerah. The last, percayalah, dimana posisi kita berada, apa pun yang terjadi dalam hidup kita, pasti memiliki tujuan dan alasan  tertentu, maka tugas kita adalah menemukan dan menyadari tujuan dan alasan tersebut. Wallahu a’lam.


By: alamazharian
Selesai ditulis: 1:40 waktu Cairo
Di pusat kota Cairo, H 6.