Minggu, 07 April 2013

Banyaknya Orang Dungu, Salah Satu Tanda Akhir Zaman



Hati-hatilah dengan perkataan orang dungu, orang safih yang , manis terlihat tapi pahit dirasa, indah jika didengar/dipahami dengan pemikiran singkat, tapi busuk jika dicerna dengan pemikiran matang dan mendalam.
Hati-hatilah dengan perkataan orang-orang dungu dan safih tersebut, karena perkataan itu sangat mudah anda temui di mana pun, di situs jejaring sosial atau di mimbar-mimbar mesjid sekitar anda, atau di rak-rak buku pribadi dan pustaka anda, atau dari teman dekat anda dan guru anda sekalipun. Mereka adalah "HUDATSA ASNAN, SUFAHA AHLAM" sebagaimana yg tercantum dalam hadits Nabi Saw, ketika menceritakan tanda-tanda hari akhir bahwa akan datang anak-anak muda(isi kepala kosong/mafisy mukh) orang-orang idiot yang berbicara agama dan mengatasnamakan agama padahal hakikatnya jauh dari agama.
Fungsikan hati dan akal anda, jangan cuma salah satunya. Belajar dan pahami secara paripurna baru komentar.

Rasulullah SAW bersabda: “Akan muncul di akhir zaman nanti, suatu kaum yang terdiri dari orang-orang muda yang masih mentah fikirannya (cetek faham agamanya). Mereka banyak mengucapkan perkataan Khairil Bariyah (firman Allah SWT dan hadis Rasul SAW), tetapi iman mereka masih lemah. Pada hakikatnya mereka telah keluar agama seperti anak panah yang lepas dari busurnya. Di mana sahaja kamu dapat menemuinya, maka hapuskanlah mereka itu, siapa yang dapat menghapus mereka, kelak akan mendapat pahala di hari kiamat. “;-(Riwayat Bukhari dan Muslim)

#ringkasan ceramah Syekh Prof. Dr. Ali jum'ah (mantan mufti Mesir). 
#Kalau saya perhatikan, inilah mengapa Syekh Ali jum'ah sangat keras menghadapi orang2 yg seperti dalam hadis Rasulullah SAW di atas, karena bahayanya dampak yang ditimbulkan pada agama dan umat.

Sebelumnya saya pernah berbicara hati-hati dengan perkataan orang dungu! Nah, saya akan berikan contoh konkretnya agar jelas&terang seperti terangnya matahari.
"Biasanya orang dungu akan berkata: banyak orang mengkritik dan mencaci kita sampai bilang kita bodoh, pendapat kita gila. Tetaplah pada keyakinan kita jangan dengarkan kritikan orang lain, semakin banyak yang mengkritik & menyalahkan kita itu menandakan kita dalam kebenaran dan di jalan haq, orang lain hanya iri & dengki. Mereka orang2 dungu ini juga biasanya menyama2kan dengan Nabi saw,: lihatlah Nabi saw yang berada dlm kebenaran ketika menyampaikan Islam banyak yang menyerang & mengkritik beliau, mengatakan beliau gila, tukang sihir dll, tapi itu tidak menyurutkan beliau berdakwah justru dakwah semakin sukses, Islam semakin besar.

Perhatikanlah, perkataan orang-orang dungu ini memang indah dan manis jika dibaca sekilas, tanpa ilmu dan analisa ilmiah yg dalam. 

Nah, Kalau menggunakan perkataan orang-orang dungu ini sebagai standar kebenaran/di jalan haq, dan untuk berdalih bahwa kita itu benar, maka orang yahudi itu pasti juga berada di jalan benar/haq. Dari dulu orang yahudi dikucilkan, ditindas, diserang, dikritik oleh umat lain, bahkan hampir dibumihanguskan oleh tentara Nazi, tidak punya tanah untuk hidup dll, tapi sekarang orang yahudi justru menjadi bangsa besar dan sukses merajai ekonomi dan teknologi dunia. 
Atau ketika pemahaman orang-orang syiah dikritik dan diserang oleh ulama2 sunni menandakan pemahaman orang syiah benar, atau ketika filsafat yunani dikritik oleh ulama2 Islam berarti filsafat yunani itu mutlak benar semua. Atau ketika si lia eden yang ngaku Nabi, kemudian seluruh ulama Indonesi menyatakan dan menyerang bahwa lia eden sesat, itu menandakan lia eden berada di jalan kebenaran.!?

Lihatlah! Perhatikanlah kekacauan logika orang-orang berpendapat seperti ini! Inilah contoh dan bukti kedunguan, keidiotan mereka. Karena itu saya berani mengatakan orang yang punya pandangan seperti ini ciri2 orang tersebut dungu.
Karena itu hatilah dengan perkataan/retorika orang dungu ini. Jangan gampang ketipu. Ingat! Tong kosong nyaring bunyinya. 

Kebenaran itu ada standar dan punya ukuran ilmiah. 
1+1 = 2. Lantas, apakah ketika kita mengatakan 1+1= 3, kemudian orang mengatakan kita bodoh dan idiot itu menandakan kita benar? Kalau seperti itu, silahkan lanjutkan kedunguan dan keidiotan anda. :-D

#ya Allah, jauhkan kami dari orang-orang juhala, sufaha. Jangan jadikan kami di antara orang2 seperti itu. Jadikan kami orang2 yg berilmu dan bersama2 orang yang berilmu.

. Tidak ada ulama/fuqaha/ilmuwan menjadikan standar kebenaran hanya karena ada yang mengkritik dan menyalahkan, kalau banyak yang mengkritik kita berarti kita benar, tanpa menjawab kritikan tsb dan berburuk sangka bahwa orang lain hanya iri&dengki. Cara berfikir seperti apa dan siapa yang cara pandangnya seperti itu menurut bg? Belum pernah alam dengar ahlu ilmi memiliki cara pandang menilai benar dan salah seperti itu kecuali para juhala&sufaha.

Bg pasti pernah belajar dan masih belajar fiqih dan ushul fiqih nashi. Dalam fikih syafi'i sbgai contoh, ulama-ulama mazhab (orang2 berilmu) demi mencari kebenaran & qaul yang kuat mereka saling mengeluarkan hujjahnya, mengerahkan seluruh dalilnya hingga sampai hasil akhir ada qaul ashah dan muqabil ashah, ada qaul azhar dan zhahir, ada qaul shahih dan fasid/dhaif, atau dalam mazhab maliki ada masyhur dan ghair masyhur/gharib. hasil akhir ini untuk mendapatkan mana yang haq atau aqrab ilal haq diselesaikan dgn cara dan manhaj ilmiah, dgn hujjah ilmiah.

Dalam ushul fikih, para ulama ushuliyin jika terjadi perselisihan dan mengkritik pendapat lain demi mencari pendapat yg kuat yg benar, yg salim, mereka melalui perdebatan, rad-rad yg panjang hingga sampai hasil akhir muncul qaul mu'tabar dan ghairu mu'tabar, qaul yg dipakai dan qaul yang ditinggalkan, qaul yg benar dan salah, qaul tsawab qaul syadz, qaul haq dan qaul batik, semua dikupas dgn saling mendatangkan hujjah masing2, dgn cara dan manhaj ilmiah. 
Kalau dikritik, ya dijawab dgn ilmiah, bukankah seperti itu manhaj ulama kita?

Yang jadi masalah, ketika dikritik tapi gak jawab apa2, terus menjadikan kritikan dan serangan orang lain tersebv sebagai bukti dia dan pendapatnya itu yang benar dan haq, sampai2 berburuk sangka bahwa orang yg mengkritik dan menyalahkan nya hanya iri dan dengki.
Kan gak lucu dan gak cool kalau seperti itu.
Contoh: si Z bilang uang kertas haram, ta'amul dgn uang kertas haram, wajib pakai dinar-dirham dgn hujjah pas-pasan atau hanya hasil terka2. Terus dikritik/di-rad dan dinyatakan oleh si B&C bahwa pendapat si A salah dengan hujjah ilmiah, tapi si A diam, tidak mau menjelaskan apa2, dan anehnya tanpa menjawab rad B&C, si A lagi2 dgn terkaannya bahwa ia lah yang benar hanya dgn alasan/hujjah karena ada yg mengkritik dan menyalahkannya.!? 

Tentu saja, hadza la ya'ti illa min kalamil jahil!
Dan kalau seperti itu cara mencari, melihat dan menimbang kebenaran, berarti ia termasuk orang2 dungu/safih/jahil. 
Dan akan berdampak bahaya sekali jika cara pandang seperti itu dijadikan hujjah untuk menilai kebenaran. Contoh: jika si A mengeluarkan statement zina boleh dgn hujjahnya, kemudian dikritik& disalahkan oleh banyak orang B,C&D dgn hujjah yg ilmiah. Lantas si A diam dan kokoh dgn pendapatnya dan menganggap bahwa adanya kritikan dari B,C&D itu menandakan si A berada dalam kebenaran, karena banyak yg iri dan dengki atau si B,C&D itu hanya iri&dengki kpdnya, tanpa si A mempertanggung jawabkan pendapatnya dan menjawab kritikan yg ada, menutup kesalahannya karena gengsi, malu atau sudah tertutup akal&hatinya karena doktrin ntah dari siapa.

Sekali lagi, jika cara pandang dan cara berdalil/berhujjah seperti itu yg dipakai, maka akan banyak orang-orang dungu yang belum tau apa2, tidak punya ilmu, belum tau masalah, belum mengkaji scra ilmiah&mendalam, atau belum pernah belajar tentang suatu masalah tsb, mereka orang2 dungu itu akan seenaknya berkata macam-macam tentang agama, melakukan hal macam2 tentang agama tanpa didasari ilmu, terus ketika dikritik dan ada yg mengatakan apa yang dikatakan&dilakukannya salah dia malah berasumsi bahwa dia ada di jalan kebenaran. Sungguh, bagi alam orang seperti itu adalah orang yg dungu yg sangat berbahaya, karena orang dungu tidak akan sadar bahwa dia dungu, berbeda orang berilmu dia pasti sadar kalau dia dulu pernah bodoh.

Inti dari status alam. Kalau kita memberikan pendapat, melakukan sesuatu, kemudian ada yang mengkritik, maka harus dipertanggung jawabkan, dijelaskan, dicari mana yang benar dgn cara ilmiah, dicari titik temu kalau ketemu, atau kalau tidak bertemu maka saling berlapang dada bahwa itu masalah khilaf. Itu baru cara orang berpendidikan mencari kebenaran, menyelesaikan masalah dan juga enak dipandang. Bukan mendasari kebenaran hanya karena ada yang mengkritik, kalau ada yang mengkritik itu menandakan yg dikritik benar dan yang mengkritik itu cuma iri dengki. Tentu, Ini sangat tidak ilmiah sekali, sangat tidak masuk akal dan dungu sekali. 
wallahu a'lam.