Selasa, 09 Juli 2013

Sukses Sejak Dini


Ingin sukses besar maka mulailah sejak kecil, dari hal yang terkecil dan yang paling bawah.

Di Amerika, Eropa dan Asia Timur (mayoritasnya) pendidikan sejak kecil adalah hal yang sangat penting. Mencari, mengetahui, menggali keinginan, cita-cita dan bakat anak kecil sejak masa kanak-kanak sudah sangat membudaya. Tak heran, ketika besar nanti mereka adalah orang-orang yang menjadi ahli dan pakar di bidangnya. Ketika beranjak dewasa mereka tidak linglung dan bingung harus menjadi apa atau menuruti trend di sekitarnya karena mereka sudah memiliki arah dan langkah yang jelas, tidak ada kegalauan besar mengenai masa depan karena mereka sudah mempersiapkan sejak dini dan punya bekal yang matang. Tentu semua itu didukung, dibantu dan dibimbing oleh orang tua atau guru mereka serta sistem pendidikan dalam sebuah negara.

Hal ini sangat bermanfaat ketika mereka besar nanti, mereka bekerja tidak semata-mata karena uang, tapi karena cita-cita dan pilihan sendiri. Mereka tidak akan tergiur dengan uang dan harta, justru uang dan jabatan yang akan mendekatinya. Karena itu, di China, Jepang, Eropa dan Amerika jarang tersiar berita pejabat yang korupsi. Mereka justru malu dan bahkan mengundurkan diri jika sudah tak bisa dan layak lagi memimpin.

Begitu juga di Mesir, ulama-ulama besar Azhar mereka sudah dididik dgn pendidikan agama sejak kecil, mengecap pendidikan agama, menghafal Qur'an sejak umur 6-7 tahun, menguasai berbagai piranti untuk memahami agama Islam dengan baik dan benar. Tak heran mereka menjadi ulama-ulama besar dan karya-karyanya menjadi rujukan umat muslim di seluruh dunia.

Semua itu sebenarnya adalah pendidikan yang telah diajarkan oleh Islam. Rasulullah SAW dibimbing langsung oleh Allah SWT sejak kecil dengan menjadi penggembala, menjadi pebisnis di usia remaja, dan menjadi pemimpin di usia dewasa.
Islam mengajarkan kita umat Islam agar mempersiapkan diri agar menjadi pemimpin dunia di masa datang, orang yang siap menghadapi tantangan di masa depan, agar tidak galau apalagi sampai gila menghadapi tuntutan hidup yang semakin keras. Dan yang paling penting persiapan bekal di akhirat. Allah berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah (dengan mengerjakan suruhanNya dan meninggalkan laranganNya) dan hendaklah tiap-tiap diri melihat dan memerhatikan apa yang ia telah persiapkan (dari amal- amalnya) untuk hari esok (hari akhirat)" {al-hasyr:18}

Pendidikan semacam ini sangat kurang dibudayakan oleh masyarakat muslim, khususnya di Indonesia. Saya atau mungkin anda yang membaca tulisan ini termasuk orang yang tidak mempraktikkan budaya pendidikan tersebut karena disebabkan berbagai hal dan faktor. Cita-cita kita selalu berubah mengikuti trend atau mengikuti arah di mana pekerjaan yang bisa menghasilkan uang besar. Kalaupun sukses nantinya, kita tidak akan sesukses orang yang memang sedari kecil atau lebih dulu sudah memiliki cita-citanya, berusaha dan fokus meraih cita-citanya.

Kalau saya perhatikan, sebagian besar mental dan orientasi pendidikan di negeri ini memang untuk mendapat uang, atau ingin cepat dapat uang, bukan karena keinginan luhur cita-citanya. Tentu itu tak bisa mutlak disalahkan, bisa jadi karena faktor ekonomi, kondisi sistem pendidikan Indonesia, kondisi lapangan kerja yang sulit, sifat malas atau cara pandang masyarakat Indonesia yang masih materialis. Budaya pendidikan seperti inilah yang nantinya melahirkan budaya korupsi para pejabat. Ingin merubah budaya korupsi, maka rubah dulu budaya pendidikan dan cara pandang/hidup masyarakat di Indonesia.

Terakhir, untuk para guru dan orang tua atau calon guru dan orang tua, bimbinglah anak-anak anda, cari tahu bakat dan keinginan atau cita2 anak2 anda. Gali, kembangkan serta motivasi dan bentuk karakter mereka ke arah yang baik. Jangan dijejali dengan orientasi uang, karena uang dan jabatan akan menempel dengan sendirinya jika anak-anak didik itu berhasil mencapai cita-citanya. Semoga kelak anak-anak Indonesia ketika dewasa menjadi orang-orang sukses dan berkarakter baik, dapat memajukan bangsa. Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar