Dalam 3 bulan terakhir, saya dipertemukan dengan orang-orang yang bisa dikatakan kalangan elit atau high class, mulai dari pejabat tinggi negara, pengusaha kelas atas, ilmuwan, tokoh nasional, hingga jenderal TNI bintang 2.
Dalam pikiran dan pandangan saya, semua orang-orang tersebut pasti memiliki standar gaya hidup yang cukup tinggi dalam kesehari-hariannya, tidak terlalu memperhatikan agama, selain itu biasanya hedonis & parlente. Dan gaya hidup tersebut akan terbawa kemana mereka pergi ke tempat mana pun.
Tapi, ternyata apa yang saya bayangkan & pikirkan tidak sepenuhnya benar, tidak semua orang-orang tersebut memiliki gaya hidup hedonis dan parlente, atau kurang memperhatikan urusan agama.
Setelah bercerita, mendengar kisah perjalanan hidupnya, ternyata mereka semua memulai dari nol (0), mereka juga pernah merasakan kerasnya perjuangan hidup, masa lalu yang keras itu lah yang tetap membuat karakter mereka tetap hidup sederhana, rendah hati dan selalu bersyukur pada Tuhan Yang Maha Pemberi. Selain itu mereka sangat peduli dengan urusan sosial & agama, hal ini dapat saya dilihat dari pengalaman hidupnya, sikap & tutur katanya, buku yang dibacanya, dan anak-anak mereka yang disekolahkan di sekolah tahfidz qur'an dan bahasa Arab.
Bagi saya, mereka adalah orang-orang yang disebut zuhud, yaitu mereka yang meletakkan dunia di tangannya bukan di hatinya. Mereka yang sehari-harinya dikelilingi gemerlap dunia namun sebenarnya hatinya terpaut dan takut pada Allah dan ingin lebih banyak mempersiapkan bekal di akhirat kelak, bukan yang hari-harinya terlihat disibukkan beribadah dan membaca & menghafal qur'an, belajar agama, berdakwah tapi sebenarnya hatinya bosan/ tidak ikhlas dan ingin merasakan keindahan gemerlap dunia yang fana apalagi untuk mencapai tujuan dunia. Na'udzubillah min dzalik.
Semoga kita selalu memperbaiki niat, menjadi seorang hamba yang zuhud (dalam arti sebenarnya), yang ikhlas dalam beribadah, belajar, bekerja dan beramal karena Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar