Sabtu, 05 Maret 2011

Ada apa dengan ‘Isy,thomiyah, fuul dan minsa’ah?





Setahun sudah aku menjalani hidup dan menuntut ilmu di mesir.Hmmm… Kira-kira layak gak ya kata menuntut ilmu bagi mayoritas pelajar sekarang? Atau menuntut ilmu dan nilai tinggi plus ijazah biar dapet kerja? Lanjut aja deh, kelamaan mikir ntar. Hehe…

Di awal kedatangan ku di sini, kakak senior ku langsung mengajak jalan-jalan, sweeping cairo ceritanya sambil wisata kuliner. Pertama ke money exchange atau tempat penukaran uang. Di sini matematika kita di uji, plus kemampuan percakapan bahasa arab atau inggris. Aku beserta kawan ku di suruh senior untuk menukarkan uang sendiri. Baguslah,,,itung-itung melatih mental. Hidup di negara lain dan menjadi turis ( gaya loe turis) Hehe… harus memiliki mental berani dan kuat. Tidak bisa bermanja-manja, apa saja harus bisa menerima dengan lapang dada dan jiwa besar. Inilah yang menyebabkan banyak mahasiswa Indonesia yang melanjutkan studi di luar negeri bernilai lebih dari yang meram di negara sendiri. 
 

Setelah  ke money exchange, rute ke dua adalah mesjid Al-azhar. Wah koq bukan kampus universitas Al-azhar ya? Gua juga gak tau waktu itu kenapa di bawa ke mesjid al-azhar duluan. Tapi sekarang aku sudah tau jawabannya. Kenapa? Karena di mesjid itulah tumbuh dan berkembang ulama-ulama azhar dan dunia. Di situlah aktifitas keilmuan sesungguhnya yang berabad-abad terwarisi hingga detik ini. Di mesjid itulah sejarah emas tercipta. Di mesjid itulah para penuntut ilmu sejati berkumpul, berdiskusi, talaqqi dengan ulama azhar. Atmosphere aktifitas keilmuan sangat berbeda dengan di kampus.  Pokoknya subhanallah deh! ^_^

Sesi foto-foto di mesjid azhar selesai. Saatnya aku dan kawan-kawan beranjak ke kampus universitas al-azhar. Sesi ketiga ini untuk melihat lingkungan kampus, tempat ijroat (baca:prosedur administrasi) mahasiswa, tempat muhadharah (baca:penyampaian kuliah atau ceramah, tempat BAB dan BAK, tempat parkir, dan tempat membeli muqoror (baca:buku diktat kuliah). Dan tak lupa sesi foto-foto. Hoho…
Selanjutnya adalah wisata kuliner mesir. Makanan mesir yang pertama kali di suguhi oleh senior ku adalah ‘Isy[1], full,[2] dan tho’miyah[3], makanan merakyat. Melihatnya aku sudah tak suka, maklum lah selera makan ku high class. Hehe… sok mantap padahal tiap hari makan tahu tempe. Yang jelas bibir dan lidah ku belum bisa menerima ‘Isy dan kawan-kawan saat itu. Siang itu aku hanya minum air.

Di hari berikutnya, seorang senior kembali mengajak ku ke rumahnya. Di tengah perjanlan aku kembali diantar ke tempat-tempat penjualan makanan, atau amperanya mesir. Kali ini menu yang akan ku cicipi adalah kusyari[4] dan tojin[5]. Aku memilih kusyari karena ada nasinya. Diawal aku bisa melahapnya, tapi tak bertahan lama. Setengah lagi tersisa cuma-cuma, moga tidak termasuk kategori mubazir. Hehe…
Setelah mengalami kekecewaan dengan makanan di mesir, akhirnya aku menemukan salah satu makanan mesir yang sesuai selera ku. Mau tau makanan apakah itu? Nama makanan itu adalaah kibdah[6]. Pertama kali lidah dan bibirku menyentuhnya aku langsung jatuh cinta. Lidah, bibir, serta perutku merasakan kelezatannya. Senior ku heran, kebanyakan siswa asing disini kurang meyukai kibdah. Biasanya kibdah adalah makanan terakhir mesir yang baru dapat sesuai dengan mulut orang ajnabi (baca:orang asing atau pendatang). Di samping kibdah ada thomiyah bil beidh[7] yang sesuai dengan selera ku. 

Kini, sudah setahun lebih aku berta’amul dengan lingkungan dan orang mesir. Banyak kisah pahit manis selama menjalaninya. Dan masih akan ada sejuta atau ribuan juta kisah yang akan terukir di negeri kedua ku ini. Hehe…tanyakan mahasiswa indonesia yang kuliah disini atau bahkan TKI yang bekerja disini. Pasti dia akan mengangap mesir negara keduanya. 

Jatuh hati dengan ‘Isy, th’omiyah, fuul, dan minsa’ah[8]
Hal ini bermula ketika aku pidah rumah dari daerah Husein ke Hay ‘asyir di Nasr city pasca revolusi Mesir, tepatnya di sekretariat almakki, tempat perkumpulan alumni MAKN Kotobaru Padang Panjang yang kuliah di Mesir. Warga rumah disini sering makan ITFM (Isy, tho’miyah, fuul dan minsa’ah). Di hari pertama tinggal di rumah ini aku harus mencicipi ITFM. Aku harus mamaksakan diri untuk bisa memakannya. Kalau tidak, jatah makan ku bisa berkurang karena kawan-kawan makan ITFM sedangkan aku tidak. Ini bisa memperbesar pengeluaran belanjaku. Dalam keadaan lapar yang bersangatan, dengan mengikuti seorang teman ku yang prosfesinal memakan ITFM. Ku sobek roti ‘Isy, kumasukkan tho’miyah ke dalamnya, kemuadian mengaduk-aduknya dalam fuul dan minsa’ah. Selanjutnya… sambil membaca bismillah. Hap! Secuil ITFM masuk kemulutku, ku kunyah-kunyah hingga masuk ke tenggorokkan, dan tiba di lambung ku. Oh my God… what in the world this food? Aku tak membayangkan sebelumnya kalau aku dapat memakan ITFM. Nikmat dan lezat. Asli gak lebai! Aku jatuh hati dengan ITFM. Unbelievable! This is must be a dream guys! Tak kusangka, ITFM yang selama ini ku acuhi, bisa membuatku jatuh hati. Hoho… 

Lantas ada dengan ‘Iys, thomiyah, fuul dan minsa’ah ini? Ada hikmah dibalik jatuh hatinya aku dengan makanan ini. Kita tidak akan pernah merasakan kenikmatan dan kelezatan sesuatu sebelum kita memaksakan diri untuk mencobanya. Kita tak akan pernah meraih cita-cita tanpa mamaksa diri dan mengoptimalkan diri untuk mendapatkannya. Kita tak akan pernah tau merasakan sukses dan berkembang sebelum mencoba hal-hal baru. Tanpa mencoba kita tidak akan tau indahnya hal itu. Bukankah obat-obatan terbaru hasil dari coba-coba para ilmuwan? Bukankah tekologi terbaru merupakan hasil dari coba-coba para Ilmuwan? Bukankah hal yang mustahil sebelumnya dapat menjadi mungkin dengan terus mencoba? Percobaan sejatinya diringi dengan keyakinan dan usaha keras. Karena itu jangan takut mencoba untuk kemajuan diri kita!
Salam sejahtera sahabat semua. ^_^

Selesai ditulis di kamung sepuluh, Kota pertolongan.
08.00 PM.


[1]  Isy itu sejenis roti terbuat dari gandum.
[2]  Full adalah kacang yang dilunakan. Seperti kuah pical atau kuah sate padang.
[3]  Tho’miyah adalah gorengan yang terbuat dari terigu dan merica.
[4]  Kusyari merupakan campuran nasi khas mesir plus campur jagung, biji-bijian khas mesir, bawang goreng, dan sejenis mie bihun serta makaroni.
[5]  Tojin adalah campuran mie spaghetti dan makaroni ditambah cabai dan tomat.
[6]  Kibdah adalah roti yang dibelah dua, dalamnya diisi dengan daging hati, mayones, dan cabai plus wortel.
[7]  Thomiyah bib beidh adalah ‘Isy elit yang berisi thomiyah dan telur plus sayur-sayuran dan mayones.
[8]  Minsa’ah adalah kuah hasil campuran cabai, tomat dan terung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar