ISIS hanyalah cover baru dari sebuah drama klasik yg dimainkan oleh Amerika & sekutunya.
Dulu mereka menghancurkan Iraq dengan alasan adanya teror senjata pemusnah massal di negara tersebut, tapi hingga kini tak ditemukan adanya senjata tsb padahal kekayaan negara Iraq sudah habis dirampok mereka, ratusan ribu atau mungkin jutaan muslim Iraq sudah mati.
Begitu juga revolusi di negara Arab, menghembus-hembuskan para muslim yg semangat keislamannya untuk menumbangkan pemerintahan yg ada (yg menurut mereka diktator dan zalim) agar stabilitas negara tsb kacau, Amerika cs menunggu pemerintah tsb melakukan pembunuhan pada rakyatnya sendiri (yg melakukan gerakan revolusi) sehingga menjadi alat justifikasi bagi Amerika dan sekutu untuk melakukan serangan serta mengambil alih pemerintahan yg kacau tsb atau mencapkan kekuatan politiknya di negara tsb sehingga pemimpin/presiden selanjutnya akan selalu menuruti keinginan politik Amerika & sekutu. Dengan begitu kekayaan negara tsb dapat dikuasai mereka. Hal ini sudah terjadi di Libya & Tunisia.
Sekarang untuk melegitimasi serangan ke Suriah, dengan liciknya mereka menciptakan ISIS, lagi-lagi dengan mempengaruhi dan menghembuskan pemikiran teror kepada pemuda Muslim yg semangat keislamannya untuk menyerang pemerintah negaranya sendiri dengan hembusan bahwa pemerintah negara tsb adalah syiah dan zalim yg harus ditumbangkan. Akhirnya mereka sangat senang, karena tanpa harus menurunkan militer mereka langsung untuk menyerang & menginvansi negara target mereka. Biarlah sesama muslim saling perang & membunuh. Mereka juga diuntungkan karena senjata mereka laris dibeli para pemberontak.
Inilah kenapa zaman sekarang kita wajib mempelajari politik, setidaknya mengetahui politik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar