Pemilu legistlatif 2014 hampir berada di depan mata, seluruh mata rakyat Indonesia akan tertuju pada salah satu pesta akbar demokrasi di Indonesia. Wajah-wajah baru calon wakil rakyat mulai bermunculan di tengah hiruk-pikuk kampanye yang cukup membuat perhatian rakyat tersita. Di tengah krisis kepercayaan rakyat pada para pejabat Negara yang sudah tak lagi amanah, saya meyakini bahwa seluruh rakyat Indonesia masih menaruh harapan-harapan baru untuk kemajuan bangsa tercinta. Saya meyakini bahwa seluruh rakyat Indonesia pasti menginginkan perubahan Indonesiake arah yang lebih baik, Indonesia yang lebih maju dan kuat, baik dalam perekonomian, pemerintahan, peradilan dan penegakkan hukum, keamanan dan ketahanan negara serta tatanan sosial.
Namun, harapan dan keinginan luhur setiap warga Negara Indonesia itu akan luntur dan pupus jika warga Negara Indonesia enggan untuk berpartisipasi dalam memilih wakilnya di lembaga legislatif. Harapan dan keinginan warga Negara Indonesia akan pudar dan berubah menjadi keputusasaan jika warga Negara Indonesia sendiri tidak mau menyumbangkan hak memilihnya pada pemilu legislatif yang akan diadakan pada bulan april mendatang.
Memang benar dan sebuah fakta jika para pejabat dan penyelenggara Negara di tanah air kita cukup banyak yang terjerat kasus korupsi, tak sedikit yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik dan amanah. Memang benar warga Negara Indonesia memiliki hak untuk memilih dan tidak memilih, dan tidak memilih itu juga merupakan sebuah pilihan. Tapi, ada hal yang perlu digarisbawahi dan perlu diketahui jika berencana untuk tidak berpartisipasi dalam pemilu alias “GOLPUT”, bahwa masih ada pejabat-pejabat Negara kita yang memiliki prinsip baik dan keinginannya menjadi pejabat didominasi untuk mengabdi pada rakyat. Saya mengatakan kata dominasi karena memang tak dapat dipungkiri bahwa setiap manusia pasti memiliki keinginan-keinginan untuk memenuhi kebutuhan dirinya, karena tidak ada manusia yang berhati malaikat yang melakukan segala sesuatu hanya murni seratus persen untuk Tuhan, kecuali para Nabi dan Rasul.
Jika kita menolak untuk memberikan suara pada pemilu hanya karena kita sering melihat pejabat yang menjadi bintang korupsi di berbagai media, rasanya tidak adil jika memukul rata semua pejabat atau calon pejabat Negara itu semua berhati iblis sehingga tak ada satu pun yang layak untuk dipilih. Rasanya tidak masuk akal juga jika kita menginginkan pejabat Negara seperti malaikat yang suci dan bersih dari segala cacat dan kekurangan.
Di samping itu, jika kita selama ini memang mengagungkan demokrasi yang memiliki prinsip dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, maka sudah seharusnya pemilu menjadi tanggung jawab dan beban warga Negara atau rakyat. Inilah dasar permasalahan kenapa warga Negara tidak mau memberikan suaranya, karena kita terjebak pada generalisasi, dimana seluruh pejabat dan para calon-calon pejabat itu hanya penipu dan mementingkan kepentingan pribadi atau kelompoknya. Kita terjebak pada sikap perfeksionis, bahwa setiap pejabat dan para pejabat itu harus bersih dan suci seperti malaikat yang tulus mengabdi. Apabila itu alasan-alasan kita untuk tidak memilih para calon wakil rakyat, maka perubahan tidak akan pernah terjadi pada Negara kita tercinta dan tak tak aka nada makhluk yang kita dambakan itu menjadi pemimpin di Negara kita.
Karena itu, jika kita masih menginginkan perubahan dan menggunakan akal sehat, maka sudah sepatutnya kita tetap memberikan hak suara kita pada pemilu nanti. Walaupun begitu, kita tetap harus menjadi pemilih cerdas, menjadi pemanah yang tepat sasaran, agar orang yang kita pilih bukanlah para penipu dan penghancur bangsa. Caranya tentu dengan melihat track record para calon wakil rakyat tersebut, apakah track recordnya selama ini lebih mengarah pada hal positif atau lebih condong pada hal negatifve, hanya kita sendiri yang bisa menilai. Selamat mencontreng.
Karena itu, jika kita masih menginginkan perubahan dan menggunakan akal sehat, maka sudah sepatutnya kita tetap memberikan hak suara kita pada pemilu nanti. Walaupun begitu, kita tetap harus menjadi pemilih cerdas, menjadi pemanah yang tepat sasaran, agar orang yang kita pilih bukanlah para penipu dan penghancur bangsa. Caranya tentu dengan melihat track record para calon wakil rakyat tersebut, apakah track recordnya selama ini lebih mengarah pada hal positif atau lebih condong pada hal negatifve, hanya kita sendiri yang bisa menilai. Selamat mencontreng.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar