Selasa, 17 Mei 2011

Sepercik Api yang Membakar Jazirah Arab



Siapa sangka dari sepercik api yang membakar diri pemuda Tunisia kini menyebar dan membakar hampir seluruh jazirah Arab. Adalah Muhamed Bouazizi, seorang mahasiswa di Negara yang terletak di ujung tanduk benua hitam Afrika nekat membakar dirinya disebabkan ketidakadilan pemimpinnya. Bermula dari ulah aparat kepolisian yang merampas barang dagangannya, hingga kekecewaan terhadap sikap acuh para pejabat atas laporan kasusnya, akhirnya ia rela memberikan tubuhnya dilahap api sebagai aksi protes atas kezaliman polisi yang telah merampas gerobaknya.  


Dari api kecil inilah ledakan api rakyat Tunisia meletus. Bak belantara hutan yang sudah terbakar sulit dibendung dan dihentikan walau dengan ratusan kontainer berisi air. Dari api kecil inilah terjadi revolusi di negara yang kata pengamat politik sangat mustahil terjadi. Api kecil yang menggelorakan para pemuda Tunis ini pun akhirnya berhasil menumbangkan kediktatoran dan kezaliman rezim Ben Ali pada 14 januari 2011. Tak berheni di sini, percikan api itu pun terus menyebar ke negara tetangga, Mesir. Rakyat mesir yang tersihir dengan revolusi Tunis pun nekat melawan rezim Mubarok yang terkenal angker dengan amin daulah nya. Perjuangan rakyat Mesir pun tidak sia-sia, sejak meletusnya revolusi tanggal 25 Januari 2011, akhirnya mubarok pun secara resmi mundur dari jabatannya pada 11 Februari 2011 silam lewat pidato Omar Sulaeman. Suara kebebasan pun kini terdengar di setiap sudut jalan Mesir. Gerakan politik pun subur laksana cendawan di musim hujan.

Tidak hanya Mesir yang di sambar api revolusi Tunis, sejumlah negara kawasan Timur tengah pun juga merasakan api itu. Bahrain, Yaman, Suriah dan Libya adalah negara yang hingga kini masih sibuk memadamkan kobaran api revolusi. Negara-negara ini memang pantas mendapatkan api, melihat Negara-negara ini dipimpin oleh penguasa renta yang sudah berkuasa selama beberapa dekade dan entah berapa uang negara yang sudah terkumpul dalam kantong pribadinya? Entah berapa besar dosa kezaliman pada rakyatnya?

Kita akan mengkerucutkan pergolakan ke Libya. Negara yang sampai hari ini masih di pegang Moammar Qaddafi, negara ini cukup unik, pasalnya hingga detik ini ia belum mau turun dari tampuk kekuasaan. Ia lebih rela rakyatnya saling baku hantam, ia lebih suka negaranya jadi sasaran empuk politik AS dan sekutunya. Bahkan secara resmi, ia akan melawan rakyatnya yang memberontak. Bagi Qaddafi mereka adalah pemberontak yang harus dilawan, karena dalam Islam pemberontak atau bughat harus didamaikan, kalau tidak mau damai maka diperangi. Tapi bagi saya penempatan kondisi itu tidak sesuai dengan yang diangap Qaddafi. Mengingat akan kezaliman dan tindakan represif Qaddafi terhadap lawan politik, atau manuver pemerintahannya yang mengekang kebebasan rakyat dalam bersuara. Tentu saja, ini tidak sesuai dengan politik Islam yang penuh ketransparanan, dan kebebasan yang beradab.

Dari kasus revolusi yang menyebar di jazirah Arab, ada beberapa pelajaran atau hikmah yang dapat kita gali. Salah satunya adalah, bahwa sehebat apa pun manusia menyembunyikan kejahatan, bau busuk dan bermunafik, maka kejahatan, bau busuk dan kemunafikan itu akan terbongkar dengan pasti, apakah di dunia atau di akhirat kelak. Selain itu, jangan pernah remehkan api kecil! Karena hancurnya satu rumah bisa jadi disebabkan api dari sepuntung rokok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar