Kamis, 03 Mei 2012

For Some Reason and a Purpose!



Sebuah ungkapan bijak mengatakan “Everything has a purpose and reason”, segala sesuatu pasti memiliki tujuan dan alasan. That’s absolutely right, bahkan seekor nyamuk pun memiliki tujuan dan alasan tertentu dalam penciptaanya. Dalam Al-Quran Allah SWT menerangkan, “Sesungguhnya Allah tidak malu membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu.”(QS. Al Baqarah [2]: 26). Tentu ada hal yang sangat istimewa dari nyamuk atau bahkan hewan yang lebih kecil dari nyamuk. Ada tujuan dan alasan dari penciptaan nyamuk.  Ada beragam hikmah mengapa nyamuk ada, karena Allah sang Maha Pencipta mustahil menciptakan suatu yang sia-sia.

Kita tahu, nyamuk merupakan binatang serangga yang kecil, lemah, yang sekali tepuk ia bisa mati. Tapi siapa tahu dengan tubuh kecilnya dan belalai mungilnya, ia mampu membuat manusia sekarat bahkan menyebabkan maut. Nyamuk juga sangat singkat masa hidupnya, ini bisa menjadi pelajaran bagi manusia bahwa ia juga memiliki hidup yang sangat singkat. Melalui belalai penghisap darah nyamuk, manusia terinspirasi menciptakan jarum suntik yang sangat berguna sebagai alat pengobatan. Karena nyamuk, pabrik-pabrik produksi pembasmi nyamuk tercipta, lapangan kerja ada, hingga mengurangi jumlah pengangguran dan membantu meningkatkan kesejahteraan negara. Ini hanyalah beberapa contoh kemungkinan dibalik tujuan, alasan dan hikmah penciptaan nyamuk, dan pasti masih banyak tujuan lain yang belum bisa kita temukan.

Segala sesuatu punya tujuan, jam menunjukkan waktu, kendaraan mengantarkan penumpang pada suatu tempat, mata untuk melihat, hati untuk merasa, kaki untuk berjalan, dan lainnya. Semua itu berjalan sesuai dengan kodrat penciptaannya, semua yang ada di dunia memiliki fungsi, tujuan dan alasan mengapa ia ada. Tak terlepas kita sebagai manusia termasuk di dalamnya. Ada tujuan, alasan dan hikmah tertentu mengapa manusia ada, mengapa kita ada, mengapa kita tercipta, mengapa kita terlahir di dunia. Dalam al-Quran secara jelas bahwa manusia tercipta hanyalah untuk menghamba kepada Allah SWT Sang Maha Pencipta. (QS. Adz-Dzariyat:56). Namun, kita tidak bisa memahami penghambaan makna dengan sempit, yaitu hanya dengan mengisi hari 24 jam dengan sholat, puasa, dan ritual ibadah semata. Banyak cara dan hal yang bisa kita lakukan sebagai aktualisasi penghambaan pada-Nya.

Segala sesuatu punya alasan tertentu, seseorang beragama Islam, Yahudi, atau Kristen pasti ada alasan tertentu.  Mengapa kita terlahir sebagai Muslim, pasti memiliki tujuan dan alasan juga hikmah tertentu. Mengapa ada Muslim dan kafir, mengapa ada orang pemalas dan rajin, mengapa ada orang kaya dan miskin, semua pasti memiliki alasan dan tujuan. Dengan adanya orang kafir, Muslim bisa berdakwah pada orang kafir bahkan berjihad dan syahid. Dengan adanya orang rajin, si pemalas bisa belajar dan termotivasi darinya. Dengan adanya orang miskin, si kaya bisa bersedekah dan beramal.

Segala sesuatu punya tujuan dan alasan tertentu, meski begitu, tujuan dan alasan tersebut mestilah sesuai kodratnya, berjalan di relnya, dan berada pada posisi yang pas dan benar. Apa jadinya jika sebuah jam tidak lagi menunjukkan waktu dengan benar?, apa jadinya jika kendaraan tidak mengantarkan penumpang pada tempat yang tepat?, apa yang terjadi jika tangan, kaki, mata, mulut manusia tidak berada pada tujuan yang benar dan baik?. Apa jadinya jika hati dan pikiran  manusia tidak lagi berjalan pada relnya? Surely, that'll make a huge chaos. Akan terjadi kekacauan besar bahkan bisa menyebabkan kehancuran.  Untuk itu, manusia yang mempunyai hati dan akal, harus mengetahui tujuan dan alasan keberadaannya dengan baik dan benar. Dengan begitu, ia akan berjalan pada posisi dan rel yang pas dan benar  dalam hidupnya. Tidak bingung atau merusak kehidupannya sendiri dan orang lain.

We have to be here for some reason and purpose

Seperti halnya segala sesuatu memiliki tujuan tertentu, di paragraph ini lah tujuan sebenarnya dari tulisan sederhana saya. Kita, keberadaan kita pada tempat yang kita pijak saat ini, pasti memiliki alasan dan tujuan tertentu. Melewati pulau, Negara, laut, benua dan samudera bahkan berpisah dengan kedua orang tua, kita akhirnya tiba di negeri ini, negeri yang kaya peradaban umat terdahulu. Negeri pusat referensi ilmu Islam, sebuah ilmu yang sudah sangat jarang orang mau mempelajarinya dengan sungguh-sungguh layaknya orang yang sangat berhasrat mempelajari ilmu-ilmu keduniaan dengan tujuan dunia –bukan bermaksud meniadakan dunia-. Pengorbanan harta dan tenaga orang tua agar kita mampu memijakkan kaki di sini, pasti memiliki tujuan dan alasan mulia.

Masing-masing keberadaan kita di sini pasti punya tujuan dan alasan tertentu. Tujuan masing-masing kita terangkum dalam satu tujuan besar, mengemban dakwah Islam. Karena satu-satunya yang bisa menyelesaikan seluruh permasalahan di dunia ini hanya dengan Islam. Dan dunia tidak akan pernah damai dan sejahtera dengan Islam, atau Islam sendiri tidak akan terlihat kekuatannya tanpa adanya orang-orang yang mau mengemban dakwah Islam, tanpa orang-orang yang mampu dan berani mengaktualisasikan kehidupan sehari-harinya, mengatur setiap urusan mereka dari hal yang kecil hingga skop yang besar dengan nilai-nilai universal Islam yang sempurna dan mulia. Siapa lagi yang akan percaya dengan Islam kalau bukan  kita umat Islam sendiri. Siapa lagi yang mau mempelajari Islam dengan pemahaman yang baik dan benar kalau bukan kita, yang sudah jauh pergi meninggalkan kampung halaman, orang tua, teman, saudara, bahkan kekasih tercinta untuk  belajar di negeri seribu menara ini.

So, what are we supposed to do here? What we really could be?

Kini, kita sudah tiba atau mungkin terlanjur tiba, keinginan kita mengecap pendidikan di Mesir sudah terealisasi. Sekarang, apa yang mesti kita lakukan? Apa sesungguhnya yang dapat kita lakukan di sini? Jikalau tujuan besar masing-masing kita adalah untuk Islam –dengan kata lain untuk ridha Allah-. Maka, tujuan-tujuan dan alasan-alasan peribadi masing-masing kita, harus bermuara pada ridha Allah, berada dalam rel dan nilai-nilai Islam.

Mereka yang sudah atau terlanjur muqayyad dalam jurusan Ushuluddin cabang tafsir, maka kuasai lah ilmu tafsir dengan baik dan benar, jangan pernah setengah-setangah apalagi berhenti berubah haluan karena ada hal lain yang berbau materi, karena keberadaan anda di sana adalah nanti untuk meluruskan syubhat-syubhat orang yang salah mentafsirkan al-Qur’an dengan hawanya. Begitu juga mereka yang sudah muqayyad di jurusan hadits, maka dalami lah, gali lah, kuasai lah ilmu hadits dengan baik dan benar, karena alasan mengapa anda berada di sana adalah untuk meluruskan orang-orang jahil yang mengaku-ngaku ahli hadits dan membentengi sunah Nabi dari orang-orang yang ingin menghancurkan dan menyebarkan syubhat serta kesesatan. Mereka yang berada di jurusan Syariah, bersungguh-sungguh lah mempelajari syariah, pahami lah, kuasai lah elemen-elemen dasar ilmu syariah seperti fikih, ushul fikih, dan berbagai elemen lainnya, agar nanti tidak berfatwa, mengeluarkan hukum yang sesat dan berakibat fatal sehingga memecah belah umat, agar nanti mampu memberikan pencerahan pada umat. Begitu juga yang sudah atau terlanjur muqayyad pada jurusan Syariah dan Qonun, pasti keberadaan anda di sana untuk sebuah tujuan dan alasan tertentu, dengan mendalami qonun anda pada akhirnya akan menemukan bahwa semua qonun wad’I/buatan manusia atau dari barat ternyata jiplakan dan modifikasi mereka dari hukum islam, metode penafsiran undang-undang, teori akad, faskh, metode deduksi hukum undang-undang banyak menyadur dari metode istinbath hukum Islam dari al-Quran dan Hadits. Hal senada juga untuk beberapa cabang keilmuan lainnya.

Begitu banyak masalah yang berkaitan dengan umat Islam saat ini, tidak hanya Islam, bahkan konflik yang ada di dunia ini bermuara pada agama. Semua permasalahan itu tidak lah mudah untuk diatasi tanpa kita yang memahami Islam dengan benar. Kalau kita sendiri yang rusak dan salah, maka siapa lagi yang akan mengawal Islam? Kalau kita sendiri yang tidak memahami Islam dengan baik, kalau kita sendiri malas belajar,  enggan mengaktualisasikan nilai-nilai Islam dalam diri kita, apa yang terjadi 10, 20, hingga 50 tahun ke depan? Siapakah yang akan mewariskan keilmuan Islam? Apakah akan masih ada para ulama? Ataukah yang ada hanya ulama gadungan? Apakah cukup dengan buku-buku keislaman? Tidakkah kita melihat justru ada banyaknya buku keislaman yang bertebaran malah membuat orang awam dan bodoh membaca, memperlajari Islam dengan cara dan pemahaman yang salah?!

Mumpung kita masih di sini, banyak yang mesti kita gali di sini, waktu kita tidak cukup untuk menguasai semua yang telah diwariskan di sini, bumi para Nabi. Dan yang terpenting adalah pengembangan dan implementasi dari apa yang sudah kita dapatkan. Umat Islam terdahulu mampu meraih masa keemasan karena mereka mampu mengimplementasikan dan mengembangkan Islam, karena ilmu dan Islam bukan hanya sebatas di kepala apalagi sebatas angan-angan, tidak sebatas pada ucapan di mulut atau hanya goresan pena, tapi ada dalam tataran paktek, riil, usaha, kerja dan karya nyata. Dan karya atau kerja nyata yang saat ini mungkin bisa kita lakukan adalah dengan tekun belajar, menguasai pelajaran, untuk bekal diri sendiri, sebagai kahlian kita yang dengan sendirinya akan mendatangkan hal-hal yang tak terduga. Siapa sangka kita bisa meraih mumtaz dalam ujian? Siapa sangka kita nanti dapat beasiswa/minhah atau bahkan ketika tamat S1 mendapat tawaran kuliah di eropa, amerika atau malaysia? Siapa tahu nanti ada orang mempercayakan pekerjaan pada kita? Atau menjadikan kita menantunya? J

Yang terpenting adalah kita mesti percaya, orang yang benar-benar berilmu dan memiliki keahlian/skill tidak akan sengsara. Kita sudah berada di negeri Arab, maka prioritas utama pengembangan atau skill bahasa yang harus dipatenkan dalam diri kita adalah bahasa arab. Sangat lucu, orang kuliah di arab tapi masih gagap bahasa arab. Dan masih lumayan memiliki kekurangan dalam penguasaan bahasa arab tapi fasih bahasa inggris dari pada tidak punya skill memadai dalam bahasa arab dan inggris sama sekali atau justru lebih terampil berbahasa daerah. The last, percayalah, dimana posisi kita berada, apa pun yang terjadi dalam hidup kita, pasti memiliki tujuan dan alasan  tertentu, maka tugas kita adalah menemukan dan menyadari tujuan dan alasan tersebut. Wallahu a’lam.


By: alamazharian
Selesai ditulis: 1:40 waktu Cairo
Di pusat kota Cairo, H 6.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar