Cairo, Nasr City – Musyawarah Cabang (Muscab IV) Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM Kairo) rabu malam (11/5/2011) secara resmi dibuka oleh Prof. Dr. Din Syamsuddin, Ketua Umum PP Muhammadiyah disertai pemukulan gong. Pembukaan Muscab IV diadakan di pasanggrahan KPMJB dan dihadiri lebih dari seratus kader serta para simpatisan Muhammadiyah. “Kami sangat senang sekali sebagai anak dan murid dijumpai oleh bapak serta gurunya, padahal Pak Din memiliki jadwal yang sangat padat bahkan sebenarnya acara beliau adalah menghadiri konferensi ekonomi di Doha, Qatar, namun Bapak kita mau menyempatkan diri untuk menengok anaknya yang di kairo,” ucap Ustadz Wahyudi Abdurrahim, Lc, Ketua PCIM Kairo dalam sambutannya.
Muscab dengan tema “dialog umum dan temu kader Muhammadiyah” didahului dengan “NOBAR” (nonton bareng) film “Sang Pencerah”, film drama colosal garapan Hanung Bramantyo sebelum pembukaan oleh Pak Din.
Sebelum dialog, Pak Din memberikan sepatah kata untuk memotivasi para kader di Kairo. “Muhammadiyah memiliki budaya yang egaliter, kita semua sama derajatnya, jika Saya berkunjung ke Muhammadiyah di Maluku tidak ada yang mencium tangan, justeru Saya mendapat kritik,” cerita Din. Pak Din menjelaskan bahwa yang menjadi kekuatan Muhammadiyah adalah filosofi “Al-Ma’un”. Filosofi yang dibawa oleh pendiri Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan, yaitu usaha dan amal. “Organisasi kita bersifat amal, jadi kalau ada yang ingin mendirikan cabang Muhammadiyah disyaratkan harus ada usaha dan amal di daerah tersebut, seperti sekolah, rumah sakit dan lainnya” terangnya. Namun lanjut Din tidak harus sekolah dan rumah sakit, usaha menerbitkan buku seperti yang dilakukan PCIM Kairo juga merupakan usaha dan amal.
Selain itu Pak Din juga bercerita tentang pendahulu-pendahulunya, banyak sejarawan yang mengatakan Muhammadiyah telah melakukan kesalahan besar dengan menghapus 7 kata dalam Pancasilla. Namun lanjut Din, sejarawan senior Indonesia, Taufik Abdullah menegaskan justeru muhammadiyah telah berjasa besar dalam memberikan 3 kata dalam pancasilla yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa”. “Kalau tidak ada kata ini mungkin Saya tidak menjadi Ketua PP Muhammadiyah Indonesia, tapi Muhammadiyah Indonesia Timur karena Saya berasal dari Sumbawa. Karena ketika pancasilla disahkan, Indonesia bagian timur mengancam akan memisahkan diri jika 7 kata dalam pancasilla tetap dipertahankan,” jelas Din.
“Selain dari 3 kata tersebut, Muhammadiyah juga berjasa besar dalam memberikan kalimat pancasilla “mencerdaskan kehidupan bangsa”, yang kita cerdaskan bukan bangsa saja, tapi lebih dari itu kehidupan bangsa agar lebih hidup,” tambahnya.
Pak Din melanjutkan bahwa Muhammadiyah tidak hanya berorientasi sebagai gerakan Islam, dakwah, dan pembaharuan, tapi juga gerakan pencerahan. “Gerakan pencerahan ada 3 gradasi : Pertama, membebaskan, yang berarti membebaskan belenggu dari syirik, tahayul, dan bid’ah serta kebodohan dari berbagai elemen kehidupan. Kedua, memberdayakan, yaitu memberdayakan manusia lewat pendidikan dan layanan kemasyarakatan. Ketiga, memajukan, yaitu memajukan Islam dan bangsa Indonesia dari segala sisi, “ ungkap Din.
Kata Pak Din, Muhammadiyah akan melakukan pembaharuan jilid 2. Sebelumnya adalah “at-tajdid fil Aqidah” pembaharuan dalam aqidah karena masyarakat Indonesia dulu bahkan sampai sekarang masih percaya dengan mitos-mitos, syirik, tahayul dan sebagainya. Pembaharuan kedua yaitu “at-tajdid fil mu’amalat” pembaharuan dalam muamalah dan keseimbangan pembaharuan dalam pembaharuan.
“Kita sebenarnya juga salafi yang mengikuti manhaj ulama terdahulu, tapi bukan salafi yang suka kekerasan seperti yang ada sekarang,” pungkas Din.
Selain gerakan pencerahan Muhammadiyah akan melakukan gerakan kultural. Dakwah kultural yaitu dakwah kepada yang baik dan mencegah hal yang buruk “yad’una ilal khair, wa yanhauna ‘an al-munkar”. Pak Din mengatakan ada yang dilupakan oleh Muhammadiyah selama ini, yaitu mencegah perbuatan mungkar, salah satu dari jutaan kemungkaran itu adalah korupsi. Kata Din saat ini kemungkaran itu sudah terorganisasi, dan ini bahaya bagi bangsa Indonesia. “Partai politik kalau sudah sibuk masalah kursi, lupa sama ayat kursi,” katanya.
Diakhir Din menyampaikan ekonomi Indonesia sangat mengkhawatirkan karena cenderung kapitalistik tidak sesuai amanat UUD yang demokrasi dan merakyat. Bagi Din harus ada perubahan dalam bidang ekonomi Indonesia. Din juga sangat miris dengan sebagian rakyat Indonesia yang tidak lagi berwatak memberi, tapi berwatak menerima.. “Partai politik kalau sudah sibuk masalah kursi, lupa sama ayat kursi,” katanya.
Diakhir Din menyampaikan ekonomi Indonesia sangat mengkhawatirkan karena cenderung kapitalistik tidak sesuai amanat UUD yang demokrasi dan merakyat. Bagi Din harus ada perubahan dalam bidang ekonomi Indonesia. Din juga sangat miris dengan sebagian rakyat Indonesia yang tidak lagi berwatak memberi, tapi berwatak menerima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar